Aku
tak tau apa aku bisa bertahan jika masih bersama bayang-bayangnya. Bagi mereka
semua ini terlihat biasa saja. Bagi mereka juga semenjak kejadian itu aku
menjadi sosok aneh yang mengkhawatirkan banyak orang. Tapi semua itu salah. Aku
tak merasa aneh dengan keadaan yang baru. Hanya saja aku perlu sedikit waktu
untuk memahami, bagaimanakah sebenarnya rencana Tuhan kali ini. Aku juga takut
membuka pintu hati ini untuk yang lain lagi. Karena pada dasarnya aku masih
takut mencintai. Bel berbunyi seperti biasa. Seakan menyorakkanku dengan suara
bisingnya. Ragaku seakan tak ingin beranjak dari tempat yang kududuki. Rasanya
tak ingin menyambut lagi hari perih ini. Terlihat jelas seseorang
menghampiriku, bersandar di dekatku
“Bagaimana
mungkin kamu masih disini? Ayo lalui hari manis ini bersama teman-temanmu”
senyumnya memperlihatkan sesuatu yang beda. Membuatku ingin mengenal sosok
berkaos biru dengan celana panjangnya.
“Apa
mereka mencari gue? Enggak! Mereka justru menganggap gue aneh! Mereka gapeduli
sama keadaan gue
--- saat ini! Di otak gue gaada yang namanya teman! Karena
berteman itu hanya membuat gue merasa gagal dengan hidup gue!”
“Kalimat
itu merupakan pendapat terburuk yang pernah aku dengar. Teman tidak seperti
itu! Mereka tidak akan pernah peduli jika kamu masih menyimpan masalahmu
sendiri! Kenapa kamu tidak mengerti?”
“Hebat!
Hebat lo bisa ngeyakinin gue kalo teman itu baik. Hebat! Sok bijak lo! Lo
gaakan pernah tau rasanya kalo lo gapernah mencobanya!”
“(Anak
ini perlu sedikit pengertian yang bisa membuatnya tenang)” gumamnya
“Kita
main sportif. Jago basket? (aku mengangguk) oke satu lawan satu. Yang kalah
ikuti perintah pemenang! Adil?” lanjutnya lagi
“lo
ngeremehin kemampuan gue? Ayo, sekarang juga! Gue buat lo nyesel dengan tawaran
lo sendiri!” amarahku sedikit meledak
”syukurlah”
gumamnya. Aku berdiri dengan bantuan tangannya. Apakah dia bisa ku sebut dengan
kata teman? Sedangkan usia sangat beda 5 tahun? Yang pasti satu--- tekatku saat ini. Harus menang apapun yang terjadi. Aku
berjalan menuju lapangan basket. Kami beradu kemampuan detik itu juga. Waktu
terus berjalan, menumbuhkan nilai seri di pertandingan ini. Aku melompat
setinggi yang ku bisa dan “brukk…” aku terpeleset pasir dan terjatuh. Berusaha
untuk tidak memperlihatkan kesakitanku, aku mencoba berdiri. Tapi semua itu
sia-sia, yang ada lawan mainku itu membawaku ke UKS sekolah. Dia menggendongku
dengan kedua tangannya yang kuat.
Wajahku
sedikit cemas saat dia menatapku dengan tatapan tajamnya. Aku gugup tak
sewajarnya
“Iya..iya
gue kalah. Trus lo mau apa?”
“Ya
kamu harus ngelakuin perjanjian kita tadi. Tenang cuma sebulan juga” katanya
meledek
Aku
seperti cewek bodoh yang belum benar dalam melakukan tindakkan. Ya, hatiku tak
seperti yang ada dalam otakku. Aku seperti bertemu dengan malaikat yang akan
merubah pribadiku menjadi lebih baik lagi. Entah, apakah hatiku benar kali ini?
Seperti
biasa bel berbunyi jam tiga sore. Aku menyusuri jalan ramai dengan sebelah
kaki. Mungkin terlihat pincang. Aku sangat menyesali kejadian itu. Berharap
itu---tak akan pernah lagi terjadi. Berharap
juga mimpi buruk takkan menghantui di sela-sela hariku bersama cowok yang ku
temui pagi tadi.
Suara
mobil memarkirkan diri di belakangku. Dia lagi?? Dia menggendongku masuk ke
mobilnya, yang pasti dengan paksa. Oh Tuhan, apa lagi ini?
“lo
kenapa lagi sih? Mau ganggu hidup gue? Cukup di sekolah aja!” pertanyaanku
memulai pecakapan sengit di dalam mobil
“Jaga
sikap ke orang yang lebih tua bisa kan? Aku kasihan aja lihat kamu jalan dengan
sebelah kaki. Aku pikir kamu tidak akan pernah mau naik ke mobil ini makanya
aku gendong kamu” jawabnya santai
“Ooo..
jadi karena kasihan. Kamu sok peduli? Gausah sok manis deh! Gue bisa jaga diri
gue sendiri tanpa bantuan lo!”
“Bodo
amat deh kamu mau ngomong apa. Yang jelas mobil ini akan mendarat tepat di
depan kos’an mu”
“Lo
tau dari mana? Kita kan gapernah kenal?” tanyaku kebingungan
“Aku
kan guru mu. Guru paling kece”---
Entah
kenapa rasanya aku ingin sekali tersenyum. Rasanya bahagia banget bisa satu
mobil sama dia. Dia baik, tak seperti yang ku bayangkan sebelumnya. Keren juga
caranya bicara padaku, sangat lembut. Mungkin aku sayang dia. Apa yang ku
fikirkan? Entahlah…
Tak
terasa mobil telah berhenti. Aku masih terduduk di sampingnya dengan lamunanku.
Dia memegang pundakku, dan aku tersadar. Aku menuruni mobilnya. Sebenarnya
ingin sekali aku berterimakasih tapi gengsiku menahannya.
Aku
berfikir sejenak. Apa salahnya aku membuka pintu hati ini untuk seseorang yang
lebih dewasa dari aku? Ya, kurasa aku harus mencobanya. Esok hari berjalan
seperti biasa. Rasanya ingin cepat sampai sekolah, egoku tak bisa ku tahan
bahwa aku ingin sekali bertemu dengannya.
Aku
memasuki gerbang sekolah. Seperti biasa aku selalu memamerkan muka cuek. Dan
aku berpaspasan dengan geng TitaiLusti. Menabrak Aly, ketua geng itu
“Sorry…
gua buru-buru”
“Oke…
gue tau itu” kataku lalu berpaling pergi. Setelah pertemuan itu, Aly ternyata
oke juga. Enggak sejudes yang aku kira. Guru itu menghampiriku saat bel
istirahat telah terdengar. Mengajakku ke belakang sekolah.--
“Kita
mau apa?” tanyaku
“Ayo
kita duduk dulu. Jadi kita belum kenalan kan? Namaku Regga Oktaviano” Katanya
mengajakku duduk.
“Gue
Prilly. Panggil aja Ily. Jadi lo disini mau apa?”
“Jadi
aku disini ceritanya magang gantiin guru olahraga kalian yang lagi sakit,
selama sebulan doang kok. Oh iya, sekarang kata kumpulin daun-daun yang ada di
depan kita.”
“Buat
apa? Nanti juga ada yang bersihin.”
“Itung-itung
buat meringankan beban mereka. Kasihan juga kalo tiap hari mereka terus yang
ngelakuin. Kita juga harus belajar mengerti masalah orang lain. Membantu orang
lain juga. Karena itu bukan suatu perbuatan yang sia-sia” jawabnya focus
mengumpulkan dedaunan kering itu
Aku
memuluskan rencananya. Baru sehari saja dia sudah membuatku beda. Kami terus
memulai percakapan. Bercanda tawa. Aku merasa, aku tak pernah sebahagia ini.
Mulai hari itu detik-detik kesepian tergeser dengan keceriaan. Regga membuat
hidupku seperti sempurna kembali.---
Pernah
juga aku rela keluar kelas karena hanya ingin melihatnya melatih anak-anak
olahraga. Sosoknya tak pernah padam dalam hari-hari kecilku. Mulai dari
berangkat sekolah bareng, makan bareng, basket bareng. Pernah sesekali dia
mengajakku bermain air hujan, katanya itu bisa menjadi kenangan indah yang
abadi. Aa.. itu membuatku seperti hidup kembali. Aku sadar aku mencintainya.
Walaupun kami beda usia, apa salahnya?
Siang
itu aku dan kak Regga sudah merencanakan pulang bersama. Tapi gagal, kak Regga
memilih pulang bersama kak Virka
“Maaf
ya Prilly, aku harus mengantarkan Virka pulang karena kita sudah janji kemarin.
Aly sini, antarkan Ily pulang ya? Aku ada urusan penting.” Kata kak Regga
kepadaku dan juga kepada Aly saat Aly melintas di depan kami.
Kak
Regga pergi berlalu begitu saja. Seakan tak menganggapku ada. Aku pulang
menaiki motor Aly. Dia masih saja terlihat cuek. Dia beda, bahkan di mataku dia
terlihat sangat sempurna. Ada apa lagi ini Tuhan? Aly berhenti di suatu tempat
yang belum pernah ku kunjungi. Berhamparan ilalang-ilalang di pinggir rel
kereta api. Sangat-
indah,
ku fikir Aly hanya melakukan hal seromantis ini padaku.
“Aly..
kenapa kita ke sini?” tanyaku polos
“Sebenarnya,
tempat ini hanya gua yang boleh tau. Tapi apa salahnya juga kalo gua bawa lo ke
sini. Disini gua biasa mencurahkan semua isi hati gua dengan teriak
sekencang-kencangnya. Gua fikir lo juga harus seperti yang gua lakuin.”
Jelasnya tanpa menatapku
“Mungkin.
Bagaimana lo tau perasaan gue saat ini? Kita gapernah saling kenal. Gapernah
saling tau isi hati satu sama lain?”
“Untuk
itu, ya kita harus temenan. Gua gatau lagi harus ngomong apa sama lo. Tapi gua
pengen jadi temen lo”
“Oke…
gue suka pendapat lo barusan. Gue sebenernya sayang sama kak Regga”
“Hah…?”
katanya kaget sambil menatap wajahku
“Sekarang
lo curahin semua isi hati lo disini. Teriak semau lo. Gua bakal bantu lo bilang
tentang perasaan lo ke Regga.” Katanya masih dengan nada cuek---
“Makasii
Aly. KAK REGGA, GUE PENGEN LO TAU! KALO SELAMA KITA DEKET ITU NUMBUHIN BENIH
CINTA GUE BUAT LO! GUE SAYANG SAMA LO KAK!” teriakku dan aku merasa lega dengan
hal itu
Sosok
cueknya adalah yang terbaik bagiku saat ini. Aly andai aku kenal kamu lebih
dulu. Mungkin rasa cinta ini buat kamu. Postur tingginya yang membuatku merasa
cocok jika harus berdampingan dengannya. Wajahnya yang membuatku tidak bisa
berhenti membayanginya. Aly akhirnya mengantarkanku pulang. Mulai besok dia
akan mengajriku bermain gitar dan membuat lagu untuk kak Regga.
Dirumah
Aly suasana tegang terjadi
“Hey…”
“Gausah
sok akrab deh lo!” bentak Aly kepada Regga
“Lo
kenapa sih ly? Gue salah apa sama lo?”
“Salah
lo banyak. Tapi yang jelas satu hal yang perlu lo tau, lo udah ngerebut cewek
yang gua suka!” kata Aly beranjak pergi
Aku
tak sabar menunggu hari esok. Saat aku bersama Aly lagi. Ku baringkan tubuh ke
tempat tidur. Aku tak ---menyangka aku
akan mengenal sosok kak Regga dan Aly yang sama-sama mengerti aku. Dengan
mereka aku merasa lebih bisa menghargai hidup. Aku seakan telah melupakan
Kevin. Penyemangat hidupku yang dulu. Kevin juga yang mengajari ku tersenyum,
dan dia juga yang mengajariku menangis, merasa sedih hingga detik ini.
Esok
ini seperti mimpi nyata yang belum pernah ku temui. Ada dua bagian terpenting
yang sama-sama membuatku nyaman berada di situasi ini. Semoga kalian berdua
bukan yang sesaat untukku. Karena aku selalu ingin kalian berada di dekatku.
Setiap saat kapanpun itu. Walaupun aku sangat sadar, aku tak mungkin bisa
memiliki keduanya. Tapi jujur, aku tak pernah ingin kalian pergi.
Terdengar
desahan suara mesin yang berisyarat. Aku menghampirinya, Aly? Dia menjemputku
tanpa aku minta sebelumnya. Terasa sangat romantis kurasa
“Prilly…ayo…!”
serunya dari motor
“Lo
ngapain ly?” tanyaku dengan senyum saat aku menghampirinya
“Gua
jemput lo Prilly. Masa lo gangerti sih?”---
“Tunggu
apa lagi sih ly? Ayo… jam mepet nih!” lanjutnya lagi
Aly
menyalakan gas sangat cepat yang membuatku ketakutan. Aku pegang erat-erat
tubuh yang diselimuti jaket hitamnya. Entah kenapa, aku merasa nyaman dengan situasi
saat ini. Seakan aku sedang bersama malaikatku yang sebenarnya. Kami sampai di
depan gerbang sekolah dan berpas-pasan dengan kak Regga dan geng TitaiLusti.
Kak Regga menggandeng tanganku dan meninggalkan Aly bersama gengnya.
“Aly
lo kenapa sih jadi aneh gitu? Lo ketua kok lo malah deket sama cewek sih?”
Tanya Boy
“Gua
Cuma temenan sama dia! Apa itu salah!”
“Temenan
sih boleh aja! Tapi jangan sampai lo cinta sama Ily! Lo ngerti!” jawab Sam
“Dan
lo jangan lupa juga sama TITAILUSTI! Prilly akan buat lo kehilangan kita!”
ancam David yang menuntut Aly untuk segera menjauhiku
Seperti
biasa, aku menemui Aly di taman sekolah. Aly mengajariku banyak hal saat ini.
Cara bernyanyi, memetik gitar, menciptakan nada yang akan terdengar ---indah di telinga kak Regga. Sekarang yang ku fikirkan
bukan hanya perasaanku saja tetapi Aly juga. Apa dia benar-benar berniat
membantuku? Apa dia tidak mencintaiku? Dan itu hanya Tuhan yang tau. Sore itu
hujan mengguyur kota sangat deras. Aku dan Aly berteduh di gerbang sekolah.
“Aly,
ayo main hujan. Seru loh!” kataku menarik tangan Aly
“Berhenti
Ily!” serunya menarik tangan ku kembali
“Kenapa
Aly! Kata kak Regga hujan itu adalah anugerah yang tak boleh disia-siakan. Ini
akan menjadi kenangan abadi kita!”
“Gua
bukan Regga! Sekarang lo pikir, hujan memang anugerah, tapi bukan untuk disalah
gunakan. Dia ditakdirkan untuk kita lihat bukan kita rasakan! Lo ngerti kan
maksud gua? (menggelengkan kepala) Gini, hujan akan nangis kalo penikmatnya
sakit! Seandainya lo emang bener-bener ngerasain hal yang beda sama hujan. Lo
bahagia, dan akhirnya lo sakit. Carilah kebahagiaan yang seutuhnya, bukan
sementara. Kenapa lo gangerti sih?” Itulah akhir dari percakapan kita hari itu.
Aly benar, seandainya bahagia hanya sementara, mengapa tak ku pilih yang
selamanya? ---Dan apa maksud Aly? Seakan
menentang hubunganku dengan kak Regga?
Kami
terus saja bersikap sama. Aly terus mengajariku bermain gitar dan hari itu
benar-benar tiba. Hari di mana aku akan mengungkapkan semuanya. Ku hampiri kak
Regga, kupetik gitar dan terdengar nada indah yang aku buat bersama Aly. Aku
terus bernyanyi dan sampai di ujung nada
“Kak
Regga, maafin gue atas semua kesalahan gue sama lo. Jujur gue merasa sangat
nyaman sama lo. Gue gak ingin lalui hari esok kalo engga sama lo. Aku tak tau
mengapa rasa ini ada menyapaku. Aku pun tak tau kalau aku akan berjumpa
denganmu. Gue akan menjumpai nama kita. Aku mencintaimu.” Kataku menjelaskan
apa yang terjadi pada diriku.
“Kita
sama-sama terdesak dalam satu sisi, yaitu tidak boleh saling mencintai. Aku
juga menyayangimu, sebagai seorang adik yang akan terus bersamaku. Aku hargai
keberanianmu itu. Aku tau resiko ini akan terjadi jika aku mengenalmu. Aku
mencintai Virka, bukan kamu Ily. Maafkan aku jika kejujuranku menyakiti hatimu”---
“Jadi
itu keputusan terbaikmu?! Gue ganyangka lo tega kak! Gue kira lo yang bisa
gantiin Kevin di hati gue! Pahit kak! Pahit!”
“Prilly?
Kita beda usia dan aku menghargainya. Kamu lebih pantas bersama adikku Aly. Aly
yang mencintaimu! Bukan aku! Sehrusnya kamu mengerti itu.”
“Pelajaran
ini akan selalu terkenang sebagai pelajaran terburuk yang pernah gue dapet kak!
Makasih!”
Aku
berlari, mencari Aly yang tak ku temui tadi. Mencintai kak Regga adalah
keputusan terburuk! Kenapa sih dia lakuin itu? Cinta tak berbalas itu sakit.
“ALY?
Kemana lo tadi!”
“Lo
kenapa nangis ly?”
“Itu
semua karena lo ly! Kenapa sih lo jahat sama gue? Lo bohongin gue kan? Regga
itu kakak lo gue tau itu! Kenapa sih saat gue udah bisa nerima keadaan yang
baru, semua yang gue cintai nyakitin gue? Gue salah apa sih? Kalian kompak
bikin hati gue hancur. Lo dan Regga udah bikin gue takut mencintai lagi!
Bagaimana kalo gue benci sama lo! Membenci nama kita! Membenci kebersamaan lo --dan gue! Bukankah itu lebih baik lagi daripada kita
saling mencintai?”
“Tolong
jangan katakan hal yang seharusnya tidak kau bicarakan! Karena itu percuma! Gua
gaakan pernah berhenti mencintai kebersamaan kita!” katanya tanpa ku dengarkan.
Aku pergi berlari, meninggalkan butir-butir air mata ku tadi
“PRILLY!
KARENA GUA SAYANG SAMA LO! MAKANYA GUA LAKUIN INI” Teriaknya menggema
Di
sekolah Aly dicegah geng TitaiLusti. David memukuli Aly Karena terbawa emosi.
“David
udah! Kami semua kecewa sama lo ly! Lo pilih dia dibandingkan kita, temen lo
sejak SMP. Udah, mendingan kita gausah saling kenal lagi. Lo keluar dari geng
dan lo lupain kita!” tegas Sam lalu pergi
Aly
menghampiri Regga yang baru saja terduduk di sofa ruang tamu. Menarik
lengannya, dan terjadi perdebatan hebat antara seorang adik dengan kakaknya
“Mau
lo apa sih ga? Lo merasa hebat udah menang dapetin hati Ily? Sekarang lo
tinggalin dia gitu aja? Lo tau ga perasaannya yang hancur karena cowok yang ia
cintai pergi? Gua udah coba ngalah soal hati gua! Gua coba --ngerelain dia buat lo! Karena bahagianya Cuma ada buat
lo! Lo tau ga perjuangan gua buat dapetin dia kayak apa? Susah! Gua rela
ninggalin temen-temen gua demi Ily! Tapi kenyataannya pahit! Gua ga dapet
apa-apa. Gua ga dapet pintu hatinya. Kunci pintu hatinya Cuma ada di lo! Lo
nyakitin hati Ily, berarti lo nyakitin hati gua juga! Lo puas nyakitin dua hati
yang berbeda?” tangan Aly ingin memukul pipi kakaknya tapi tertahan
“Gue
selama ini udah cukup ngertiin hati lo! Gue selama ini berusaha jadi kakak yang
berguna buat lo! Semua permintaan lo gue lakuin! Kurang apa lagi? Kemarin lo
bilang gue udah ngerebut pujaan hati lo! Sekarang gue balikin dia ke lo, tapi
salah lagi kan? Semua yang gue lakuin buat lo gapernah lo hargai! Gue ngelakuin
ini salah, ngelakuin itu salah, seakan semua yang gue lakukin buat lo selalu
salah! Dalam hal apapun itu! Kita udah hidup lama, dari kecil sampai besar kita
lalui bersama! Kenapa lo ga bisa peduli perasaan gue? Lo sadar, lo udah
ngerenggut kasih sayang mama dan papa? Mereka lebih sayang sama lo tapi gue
masih bisa sabar! Mereka gapernah peduli sama gue! Yang ada di fikiran mereka
Cuma lo, Aly! Disini gue gapernah dianggap apa-apa. Gapernah dianggap anggota ---penting keluarga! Lo harusnya mikir! Lo enak bisa
disayang mereka! Gue gapernah!”
“Itu
semua karena lo sering pergi ninggalin kita! Dari dulu kita deket, tapi lo
lama-kelamaan jarang di rumah! Lo gapernah ngerasain kan cemasnya papa mama
nungguin kabar dari lo! Gua benci lo yang sekarang!”
“Lo
mau nyalahin gue lagi? Gue udah cukup sabar nanggepin sifat lo yang kayak gini!
Gue haus kasih sayang di sini! Lo tau sebabnya gue sering pergi? Karena gue
ganyaman terus-terusan disini ngeliat lo diperlakukan sepesial sama mereka!
Gaada gunanya gue disini lagi! Lebih baik gue pergi, karena lo ga pernah ngerti
keadaan gue saat ini!”
Regga
pergi berlari meninggalkan Aly yang meneteskan air mata. Regga mengambil bersih
baju-bajunya di almari. Menaruhnya ke dalam koper. Entah kemana dia akan pergi,
yang pasti untuk tidak kembali.
“Regga?”
kata Aly berlari, mendekap raga Regga
“Apa
yang lo lakuin?”
“Gua
sadar kenapa Ily lebih pilih lo dibandingkan gua. Karena lo lebih sempurna
untuk dia! Lo udah buat hari--- gelapnya
menjadi terang. Lo sepesial dimatanya. Gua gaada apa-apanya. Sifat gua yang
egois membuat hati gua beku! Membuat diri gua terus-terusan salahin lo. Gua selalu
ngebantah omongan mama soal balap montor. Sifat gua berbeda 180 derajat dan lo
lebih baik! Lo mandiri, lo peduli sama orang lain. Sedangkan gua? Gua iri sama
lo! Lo bisa dapetin apa yang lo mau dengan kerja keras lo sendiri! Mama sama
papa selalu sayang sama lo. Gaada yang bisa gantiin lo di hati mereka! Kalo
mereka gasayang sama lo, buat apa mereka nunggu kabar dari lo saat lo gaada di
rumah? Buat apa mereka tetap membiarkan lo ada disini? Mama papa peduli karena
mereka ingin yang terbaik untuk kesembuhan gua! Mereka semata-mata care karena
hidup gua udah galama lagi. Mungkin di hati mereka, mereka nyesel udah ngerubah
sifat lo menjadi dingin sama keluarga. Maafin gua udah bikin lo jauh dari
mereka. Gua mohon lo jangan pergi tinggalin mereka! Gua mohon lo tetap disini
sampai gua bene-bener udah gaada!” jelas Aly menangis di depan kakaknya
“Lo
sakit apa Aly? Kenapa lo gapernah cerita ke gue?”
“Karena
gua sayang sama kakak gua. Gua gamau kakak gua sedih ngelihat keadaan gua
sekarang. Gua gamau-- semua orang
peduli sama rasa sakit gua! Setengah tahun yang lalu gua jatuh dari motor. Gua
dibawa ke rumah sakit. Dan saat itu dokter mengucapkan hal yang ga pengen gua
denger! Gua benci sama rasa sakit gua! Mungkin memang Ily gapantes sama gua!”
“Gue
juga minta maaf gapernah tau soal ini. Gapernah peduli sama adik gue sendiri. Gue
bakal bantu lo ngelewati rasa sakit lo. Gue janji lo ga akan pernah ngerasa
sakit sendirian! Rasa sakit lo, rasa sakit gue juga!” kata Regga mengakhiri
pembicaraan sore itu
Sejak
saat itu kak Regga dan Aly menjadi akrab lagi. Semua terasa begitu cepat.
Hingga akhirnya kak Regga menemuiku di tempat yang pernah aku dan Aly kunjungi
sebelumnya. Regga melangkahkan kaki mendekatiku yang tengah melamun di pinggir
rel.
“Prilly,
aku minta maaf kalau kejadian kemarin bikin hatimu sakit. Aku…”
“Udahlah,
gaada yang perlu kita omongin lagi! Lo, gue, dan Aly udah gaada hubungan
apa-apa lagi. Gue benci lo dan Aly! Udah puas!” kataku bebalik badan---
“Lo
boleh benci gue! Tapi jangan sama Aly! Aly sakit Prilly! Umur dia mungkin udah
galama lagi. Gue pengen lo peduli sama orang yang udah cinta sama lo sejak
lama!”
“Aly
sakit? Kenapa lo baru cerita ini ke gue? Jawab!” kataku memaksakan Regga untuk
memberi jawaban
“Aly
gapernah cerita soal ini ke gue. Gue aja ga tau kapan tepatnya Aly punya sakit
itu. Prilly, gue mohon, lo bilang ke Aly tentang perasaan lo ke dia! Sebelum
dia pergi”
Aku
memeluk kak Regga. Tuhan, jangan biarkan aku kehilangan seseorang yang aku
cintai lagi. Aku mencintai Aly lebih dalam daripada mencintai Kevin. Jika
memang akan ada yang harus pergi, aku saja yang akan pergi. Aly lebih baik dari
aku. Biarkan dia tetap di sini. Aly maaf, aku gapernah tau soal hati kamu. Aku
gapernah tau cinta kamu. Aku terus dihantui rasa ketakutan. Ku dekap tubuh kak
Regga lebih kencang dank u lepaskan saat ku melihat seseorang sedang berlari
menjauhi kami.
“ALY!!”
teriakku. Aku mengejarnya, langkah ku terputus saat kereta akan melintas di
depanku. Dan saat itu aku tau, Aly sangat kecewa denganku. Walaupun ini hanya
kesalah pahaman. Esok hari Aly tak menghentakkan -kakinya
di sekolah. Aku mencari dia, dan aku menemukannya terduduk lemas di taman kota.
“Aly?”
kataku lirih. Perlahan mendekati raga Aly yang terlihat sangat lesu
“Kenapa
lo disini? Lo gausah peduliin gua. Gua udah cukup puas sama keadaan ini.”
Katanya ingin beranjak pergi
“Aly,
gue tau lo marah sama gue. Gue tau lo kecewa karena kejadian kemarin. Tapi
sumpah, gue meluk Regga karena gue kebawa suasana. Kak Regga bilang lo sakit.
Lo tau saat itu hati gue bilang apa? Dia bilang gue harus temui lo, gue harus
minta maaf sama lo, karena gue ga pernah bilang kalo gue cinta sama lo. Gue
sadar, kak Regga bukan segalanya. Saat gue sedih, lo yang bikin gue ketawa. Gue
mikir, gimana hancurnya hati lo saat gue bilang gue suka Regga. Pasti itu sakit
banget! Dulu gue pernah kehilangan Kevin, penyemangat hidup gue. Dia yang
selalu memberi tawa. Tapi penyakitnya itu merenggut semuanya. Gue gatau lagi
harus ngomong apa lagi. Tuhan bener-bener kasih cobaan buruk buat hubungan gue
sama Kevin. Karena itu gue coba tegas sama ego gue. Karena gue gamau ngerasa
kehilangan lagi. Maafin gue karena udah buat lo kehilangan temen-temen lo juga.
Mereka udah benci sama lo karena gue. Harusnya gue sadar dari awal, gue Cuma
bawa -petaka buat lo. Gue gaada apa-apanya
kalo ga sama lo. Terserah lo mau bilang apa, yang jelas gue udah coba jujur
soal hati gue” kataku menyesal
“Aly
maafin dia. Maafin kita juga. Kita jadi temen lo ngerasa ga berguna!” kata Sam
dari belakang
“Gue
juga minta maaf udah mukulin lo kemarin. Kita susah seneng bareng-bareng. Dan
gue bodoh, udah ninggalin lo saat lo lagi butuh kita semua” tambah David
“TitaiLusti
bubar! Karena mencintai itu bukan merupakan kesalahan! Maafin gue udah buat lo
menjadi bukan diri lo. Maafin kita udah buat lo memendam rasa cinta kepada
Prilly. Gue…” kata Boy terputus
“Cukup
guys! Gaada yang perlu disalahin. Gua udah maafin lo semua. Gua gaakan sanggup
marah lama-lama sama kalian! Terutama lo Ily! Karena cinta udah buat gua ga
bisa benci sama lo walaupun hati gua udah sering lo sakitin. Gue gapernah
kecewa sama keputusan lo, karena gua pengen yang terbaik buat lo. Makasih buat
kejujuran lo ngomong soal perasaan lo ke gue. Gue udah cukup bahagia. Lo bukan
pembawa petaka buat gua ly! Justru sebaliknya. Lo yang udah buat hari gua
berwarna. Lo yang udah bantu- gua melawan rasa
sakit gua. Gua sayang sama lo Prilly!” kata Aly memelukku.
Aku
sangat merasa seperti melayang. Gaada lagi TitaiLusti. Gaada lagi yang melarang
Aly mencintai. Dan ini sungguh-sungguh seperti mimpi. Aku berharap ini tak akan
berakhir disini, berharap Aly tak kan pergi, berharap kita masih bisa saling
mencintai. Ku harap waktu mendukung kedekatanku dengan Aly saat ini. Terkadang
cinta juga harus menyakiti, agar penerima mampu belajar sakit hati. Besok, Aly
mengajakku dinner. Waw, sesuatu yang sangat menegangkan. Aku memakai baju yang
diberikan Aly tadi pagi. Katanya, aku akan terlihat sangat cantik sekali.
“Tin…Tin…”
Aly menjemput ku dengan mobil silvernya. Aku menaikinya, dan duduk tepat
disamping Aly yang mengemudikan mobilnya
“Lo
tau ga kalo gua sebenarnya benci naik mobil? Tapi karena lo, gua mau lakuin
sesuatu yang gua gasuka. Gua gamau buat lo sengsara karena harus naik motor
balap gua. Lucu juga kan? Ya, itulah perjuangan gua” katanya memperlihatkan
senyumnya
“Lo
sensitive banget sih. Gue ga kayak gitu kali! Gue rela naik apapun itu, asalkan
sama lo. Bukankah cinta yang- beda itu
adalah cinta yang paling kuat. Seberapapun jailnya lo, seberapapun tingkah laku
aneh lo, gue gaakan pernah nyesel kenal lo hingga detik ini. Karena apa, karena
gue Cuma sayang sama lo sekarang, esok, dan kapanpun itu yang jelas pasti!”
“Makasih
Prilly, lo hadiah terindah yang pernah Tuhan kasih buat gua. Satu-satunya orang
di dunia yang bisa buat gua bahagia. Awalnya gua ganyangka bakal sedeket ini
sama lo, dan itu semua berkat Regga. Walaupun gua sempet benci sama kakak gua
yang kece itu”
Aku
hanya bisa tersenyum. Satu waktu yang tak ingin ku akhiri saat ini, yaitu detik
ini juga saat aku masih bersama Aly. Cowok ini emang cowok terbaik yang pernah
Tuhan hadirkan di memoriku yang sempit ini. Tingkah konyolnya juga yang
membuatku tak ingin berada jauh darinya. Mobil sampai di suatu tempat, ilalang
dekat rel kereta. Sangat gelap dan sangat menakutkan. Aku masih berusaha
memberanikan diri ikut bersama Aly menyusuri ilalang-ilalang tinggi itu. Apa
yang sebenarnya ada di otaknya. Bukankah dinner seharusnya penuh dengan
keromantisan.
“Aly,
gue takut!” kataku sedikit gemetar---
“Apa
sih yang perlu lo takutin? Ada gua yang siap buat ngelindungin lo. Lo ikutin
aja langkah kaki gua, dan lo akan menemukan sesuatu yang beda dalam hidup lo.
Lo gaakan pernah nyesel kenal dan cinta sama gua. Karena itu bukan sesuatu yang
sia-sia. Terbilang indah untuk siapapun yang melihatnya”
Tak
sadar kita sudah berada di tengah-tengah ilalang yang gelap. Hanya seberkas
cahaya senter di jemari Aly.
Cowok
itu menyuruhku menggerak-gerakkan ilalang itu dan apa yang terjadi.
Kunang-kunang bertebaran di sana. Seketika gemerlip lampu ikut merayakannya.
Tersedia dua kursi dan meja yang sudah tertata rapi. Kami berjalan ke sana dan
itu rasanya sangat so sweet. Dia bisa seromantis itu dibalik tampang cueknya.
“Satu
hal terindah saat aku mencintaimu. Terasa begitu sempurna saat aku memandang
indah wajahmu. Gua ganyangka gua akan terlepas dari rasa sakit gua. Vonis
dokter itu salah, hasil itu bukan punya gua. Penyakit itu juga. Gua asli sehat.
Dan gua seneng banget gua masih bisa terus-terusan sama lo.”
“Lo
serius? Aly, gue seneng banget lo sehat. Gue seneng kita masih bisa sama-sama”
tangisku memeluknya---
“Prilly,
disini gua mewakili hati gua yang bersembunyi dibalik raga gua. Dari awal gua
ketemu sama lo hingga detik ini perasaan gua masih sama. Yaitu mencintai lo!
Bagi gua mencintai bukan suatu kesatuan yang utuh, kalo lo gatau apa yang gua
rasain sekarang. I’ll Be There For You!”
Aly
memberi bunga mawar indah dan aku bisa mengerti, bahwa dia benar-benar
mencintaiku. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Bersyukur dan terus bersyukur.
Tuhan mengabulkan doa singkatku. Aly terbebas dari vonis penyakit yang
ditentukan dokter. Tuhan, ini hadiah terindah untukku saat ini. Kami bersatu, membentuk
pribadi yang istimewa. Tapi…
“Aly
gue gapantes buat lo. Gue gaada apa-apanya dibandingin cewek-cewek yang lebih
cantik. Gue itu gasempurna. Sifat gue jauh beda. Gue cinta sama lo, tapi…”
“Ily,
lo percaya perbedaan menyatukan dua raga menjadi satu jiwa. Kita memang beda, gua
yakin itu. Tapi cinta kita sama. Gua gapeduli lo siapa, lo darimana, sifat lo
pun gua ga mempermasalahkannya. Karena gua cinta. Dan itu Cuma sama lo!”---
“Aly,
gue gatau lagi harus ngomong apa…” tangisku mendekap raga Aly
“Maaf
gua cuma bisa kasih ini. Lo duduk, lo lihat ke atas, sekarang” aku menengok ke
atas dan
“I
LOVE PRILLY AND UNEXPECTED FOR ALY” Kembang api ikut merayakan hari jadi kita
hari ini. Unexpected for Aly. I don’t forget is it. And I always remember it.
Aly kamu sempurna, Aly kamu yang paling ISTIMEWA. Aly terimakasih untuk
waktunya hari ini. Aly mengajakku berdansa bersama ilalang yang bergoyang.
Kunang-kunang masih bertebaran di atas kami. Akupun tak menyangka Aly akan
memasangkan gelang couple untuk kami.
“Aly
lo tau, suasana seperti ini yang udah gue harapin sejak lama. Dan itu semua
terwujud sama lo. Gue gatau apa gue bisa lupa sama ini. Yang pasti saat gue
udah lupa semuanya, pasti masih ada nama lo disini! Dihati gue! Yang kan terus
tersimpan. Waktu, keadaan, kebimbangan membuatku paham, siapa sebenarnya cinta
sejati itu? Cinta sejati adalah lo gue dan harapan indah kita.”
“Prilly
makasih! Gua sayang sama lo! Walaupun ini sesuatu yang tak terduga! UNEXPECTED!
Kuharap inilah --sesuatu yang
bisa benar-benar membuatmu bahagia. Dan itu hanya bersamaku. Kita satu, bersama
dengan senyuman, ketenangan, dan kedamaian.”
“Aku
belajar mencintai, bukan membenci. Tapi kenyataannya, ini memang bukan hal yang
berarti lagi. Dua hal itu adalah sama, yaitu menyusun nama kamu di hati ini”
“Kamu
percaya, seseorang yang mencintaimu dengan sempurna ada di depan mata.
Memandangmu dan berkata, sesuatu yang baru saja ku ungkapkan dengan lisan”
Kita
menari, menikmati indah suasana yang Aly berikan. Percayalah ini akan menjadi
sejarah dalam hidup kita. Dan akan menjadi peristiwa terpenting saat aku mulai
mengenal indah namamu dan dirimu yang sebenarnya. Ketika kau dan aku satu,
itulah cinta. UNEXPECTED FOR ALY, HAPPY
TO ME!
“Cinta
akan tetap SAMA, jika mereka masih BERSAMA” cetus Regga saat melihat kemesraan
adiknya denganku.---