Minggu, 28 Desember 2014

Patah Hati

Patah hati adalah mencari lara kita di dalam raga orang lain. Mengeluarkan semua tangis, luka, dan hampa pada satu keadaan yang sama. Patah hati adalah saat seseorang tak mampu mempertahankan kebahagiaannya kepada orang yang sangat ia cinta. Patah hati adalah semua perasaan yang tak sanggup membendung air mata. Patah hati adalah kelemahan kita yang sebenarnya, menyebar sengsara pada kehidupan kita. Penyebab utama patah hati saat kita benar-benar telah melambung tinggi ke angkasa, melihat deretan bintang-bintang yang bertebaran, dan mampu merasakan arti tawa yang sebenarnya. Kemudian kita terhempas bersama puing-puing kebahagiaan yang tersisa. Puing itu adalah kenangan terindah saat seseorang yang kita cinta mampu membuat kita tertawa. Kemudian Patah Hati ibarat derai air hujan, yang dingin dan membuat kita beku. Tak mampu melangkahkan kaki ke arah lebih baik lagi. Jika patah hati adalah hujan, solusi pertama untuk menghindarinya adalah kita menepis segala macam amukannya dengan berfikir tentang resiko. Langkah kedua adalah kita menunggunya untuk pergi terbawa angin atau berhenti dari langit, tapi ia tak akan benar-benar hilang. Lupakan semua rasa sakit karea cinta. Tapi suatu saat ia bisa datang kapan saja dan dimana saja. Langkah ketiga adalah mendapati seseorang yang akan meghampiri kita. Memayungi raga kita agar hujan tak mengguyur lebih lama. Yang harus kita lakukan adalah mencarinya, misalnya jatuh cinta lagi pada orang yang beda adalah solusi terbaik. Kembali lagi soal Patah Hati, ia seperti rantai yang menjerat. Kita tak bisa memutusnya bahkan untuk pergi darinya. Karena sebenarnya ia akan menemui siapapun yang pernah mengikat jalinan cinta. 
@_mayg16

Selasa, 09 Desember 2014

Gadis Rembulan




          Saat malam mulai menampakkan, ia hadir dengan sejuta kebahagiaan. Sebelumnya ia tak pernah belajar mencintai, namun pria itu semakin lama semakin terlihat jelas dalam setiap lamunannya. Cowok bumi itu berhasil menghipnotisnya agar terus bersinar. Lambat laun rasa itu semakin nampak, banyak hal yang ingin ia lakukan jika saja ia di bumi. Gadis rembulan itu teringat kata baginda raja, bahwa putri mempunyai dua pasang sayap putih yang berkilauan untuk dapat turun ke bumi. Namun, tak ada gading yang tak retak. Pasti ada pula resiko yang harus ia hadapi. Jika hatinya akan terluka, ia akan kehilangan satu pasang sayapnya dan tak akan pernah bisa lagi ke bumi.
          Gadis bulan itu akhirnya turun ke persimpangan taman kota. Sayapnya hilang, jika ia tak memerlukannya lagi. Ia menghampiri pemuda tampan yang dari tadi memetik gitar miliknya
          "Angelica" sapa gadis rembulan itu dengan ramah
Mereka akhirnya saling bercakap-cakapan sesuatu yang terdengar membosankan. Angel tampak senang dengan pertemuannya dengan pemuda yang selama ini selalu ia lihat dari bulan. Hatinya seakan bergetar mendengar suaranya, dan matanya tak dapat meneteskan air mata jika melihatnya. Ia sadar, selama ini ia tak pernah merasa kehangatan cinta. Ia seakan bermimpi, andaikan ia sepenuhnya seperti cowok yang berasal dari bumi. 
          Mereka semakin dekat, dan rasa itu semakin tumbuh menjadi cinta. Esa, nama pemuda yang mampu membuat Angelica seperti berada di padang beribu-ribu bunga. Namun, Esa merasa cintanya semakin diuji. Angel tidak pernah menampakan diri siang hari. Setiap kali Esa meminta Angel untuk menemuinya pagi hari ia selalu menolak. Esa akhirnya pun menenggelamkan rasa sayangnya kepada Angelica dengan beralih cinta kepada sahabat kecilnya, Icha. 
          Gadis rembulan yang jarang menemukan Esa di kursi taman biasa akhirnya mencari-carinya. Dan gadis rembulan itu sangat terkejut mendapati Esa bermain musik bersama gadis lain. Esa melihat Angel merintih kesakitan dengan mengenakan sayap putih. Lama-lama sayap itu mulai bersinar, dan patah. Angel ditarik naik oleh cahaya putih ke bulan lagi, dan ia sempat berkata
          "Esa, aku adalah gadis yang selalu mengharapkan cintamu dari bulan. Selalu memandangimu dalam kejauhan. Namun setelah cinta itu bersamaku, cinta itu juga yang mematahkan harapanku untuk selalu bersamamu. Jika saja masih bisa ku ulang waktu, aku tidak akan pernah mencintaimu dan mengorbankan sayap putihku untuk turun menjumpaimu. Esa, aku kecewa karena mencintaimu dengan tulus. Inilah resiko yang ku hadapi sekarang. Aku tak akan pernah bisa merasakan indahnya dunia lagi, dan semua itu hanya berakhir kehampaan. Sekarang kamu tau alasan aku menemuimu malam hari, karena aku putri rembulan. Teriakasih menyempatkan diri untuk mengenalku, mulai sekarang kamu boleh melupakanku"
          Esa hanya bisa menangisi penyesalannya karena menyia-nyiakan gadis bulan yang selalu memperhatikan tingkahnya selama ini. Angel benar, sekarang Esa memang hanya bisa pasrah akan keadaan yang menyingkirkan Angel dari kehidupannya. Dan Angel yang kini hanya bisa berdiri dengan satu sayap hanya bisa diam memperhatikan tingkah laku orang bumi yang berhasil mematahkan sayapnya. Sekarang Angel sadar, mencitai tak semudah dengan memandang dari bulan, namun resiko yang ada lebih besar. Beribu kali lipat dari hukuman baginda raja. Ia sadar, mungkin ia hanya menjadi angin yang berlalu dalam kehidupan pemuda yang berhasil mencuri titik lemah dirinya. 

Sabtu, 06 Desember 2014

Hello Mellow cerita terinspirasi dari Video Klip BLINK

Hello guys, kalau kata orang hidup itu harus berusaha dan berjuang, menciptakan sesuatu yang ga bisa ketebak menjadi ada. Nah, pemikiran itu yang sekarang masih melintas jelas di otakku. Aku sadar ternyata banyak kesempatan yang Tuhan beri untukku. Aku punya ide buat cerita yang terinspirasi dari lagu. Berjudul "Hello Mellow" yang dinyanyikan oleh Blink. Barusan aku liat di youtube dan itu bener-bener menghayati banget dan akhirnya aku tertarik buat cerita. Sinopsis dimulai dari Pricilia yang ditinggal pergi cowok yang sangat ia cintai, karena cowoknya terserang penyakit ganas. Kak Ify yang LDRan lama, dan ternyata cowoknya sudah tunangan. Dan kak Febby dan kak Silvia yang udah sahabatan lama tapi mereka gatau kalo pacar merekapun juga sama. Akhirnya Pricilia bertemu dengan Febby di Amsterdam. Dan Ify bertemu dengan Sivia di New York. Keduanya saling berbagi cerita. Dan disana mereka hanya ada waktu seminggu. Mereka saling bertukar cerita dan membuat larik demi larik lagu. Saat mereka pulang ke Indonesia Picilia, Ify, Febby dan Sivia pun bertemu dan akhirnya memutuskan bersahabat. Yey, semoga cerita ini bisa aku publikasikan secepatnya. Terimakasih:) Cerita ini aku persembahkan untuk Girl Band BLINK. 

Rabu, 26 November 2014

Rasaku Untuknya


RASA

Terkadang banyak hal di dunia ini yang harus dimaklumi. Tentang perbedaan, cinta, dan kebencian. Kita hidup berdampingan dengannya. Aku berfikir saat ku mulai mengenal rasa suka, secepatnya rasa itu akan hilang sendiri saat aku tak memikirkannya lagi. Tapi sepertinya itu pendapat yang salah, aku masih diam-diam memikirkannya. Aku yang tak bisa mencegah egoku untuk tersenyum saat melihatnya. Aku yang tak henti-hentinya kagum saat mendengar barisan kata-katanya. Dan aku yang sangat bahagia saat ia mulai menyadariku ada. Aku tak pernah tau apa dia memikirkanku juga.
Rasa ini adalah hal yang seharusnya ku hindari. Karena aku tak ingin lebih dalam kecewa lagi. Banyak berita yang ingin ku dengar tentangnya. Aku seperti tak berterus terang pada diriku bahwa aku telah mencintainya. Gengsi ini mencegahku untuk mengungkapkannya. Terkadang aku harus memalingkan muka saat ia menatapku. Aku dikenal dengan rasa cuekku. Aku pun mulai mendengar kabar bahwa ia telah mengatakan mencintaiku. Lagi-lagi aku gengsi dan harus besikap benci padanya. Tuhan, kenapa rasa itu ada mengusikku? Apa ini bagian dari rencanamu? Tuhan, aku takut jika dia berbalik arah dan melupakan cintanya kepadaku.
Apakah ini bukan cinta? Lalu mengapa ia selalu tersenyum kepadaku? Tapi mengapa aku masih saja membalas senyumnya dengan raut wajah cuekku? Jujur, aku ingin tau semua tentangnya. Tentang keyakinannya, tentang harapannya, dan tentang cintanya. Tuhan, aku tak tau harus apa. Apakah aku masih harus bersikap sama? Apakah aku masih sanggup memendam semuanya? Apakah ia akan mengerti perasaanku jika tak ku bilang yang sebenarnya padanya? Tapi aku tak lupa akan berterimakasih kepadaMu Tuhan. Mungkin rasa ini ada untuk mengujiku. Walau disisi lain aku merasa kesakitan menerima perasaan baru ini.
–may-

Sabtu, 18 Oktober 2014

Unexpected Ali Prilly

Unexpected


Aku tak tau apa aku bisa bertahan jika masih bersama bayang-bayangnya. Bagi mereka semua ini terlihat biasa saja. Bagi mereka juga semenjak kejadian itu aku menjadi sosok aneh yang mengkhawatirkan banyak orang. Tapi semua itu salah. Aku tak merasa aneh dengan keadaan yang baru. Hanya saja aku perlu sedikit waktu untuk memahami, bagaimanakah sebenarnya rencana Tuhan kali ini. Aku juga takut membuka pintu hati ini untuk yang lain lagi. Karena pada dasarnya aku masih takut mencintai. Bel berbunyi seperti biasa. Seakan menyorakkanku dengan suara bisingnya. Ragaku seakan tak ingin beranjak dari tempat yang kududuki. Rasanya tak ingin menyambut lagi hari perih ini. Terlihat jelas seseorang menghampiriku, bersandar di dekatku
“Bagaimana mungkin kamu masih disini? Ayo lalui hari manis ini bersama teman-temanmu” senyumnya memperlihatkan sesuatu yang beda. Membuatku ingin mengenal sosok berkaos biru dengan celana panjangnya.
“Apa mereka mencari gue? Enggak! Mereka justru menganggap gue aneh! Mereka gapeduli sama keadaan gue
--- saat ini! Di otak gue gaada yang namanya teman! Karena berteman itu hanya membuat gue merasa gagal dengan hidup gue!”
“Kalimat itu merupakan pendapat terburuk yang pernah aku dengar. Teman tidak seperti itu! Mereka tidak akan pernah peduli jika kamu masih menyimpan masalahmu sendiri! Kenapa kamu tidak mengerti?”
“Hebat! Hebat lo bisa ngeyakinin gue kalo teman itu baik. Hebat! Sok bijak lo! Lo gaakan pernah tau rasanya kalo lo gapernah mencobanya!”
“(Anak ini perlu sedikit pengertian yang bisa membuatnya tenang)” gumamnya
“Kita main sportif. Jago basket? (aku mengangguk) oke satu lawan satu. Yang kalah ikuti perintah pemenang! Adil?” lanjutnya lagi
“lo ngeremehin kemampuan gue? Ayo, sekarang juga! Gue buat lo nyesel dengan tawaran lo sendiri!” amarahku sedikit meledak
”syukurlah” gumamnya. Aku berdiri dengan bantuan tangannya. Apakah dia bisa ku sebut dengan kata teman? Sedangkan usia sangat beda 5 tahun? Yang pasti satu--- tekatku saat ini. Harus menang apapun yang terjadi. Aku berjalan menuju lapangan basket. Kami beradu kemampuan detik itu juga. Waktu terus berjalan, menumbuhkan nilai seri di pertandingan ini. Aku melompat setinggi yang ku bisa dan “brukk…” aku terpeleset pasir dan terjatuh. Berusaha untuk tidak memperlihatkan kesakitanku, aku mencoba berdiri. Tapi semua itu sia-sia, yang ada lawan mainku itu membawaku ke UKS sekolah. Dia menggendongku dengan kedua tangannya yang kuat.
Wajahku sedikit cemas saat dia menatapku dengan tatapan tajamnya. Aku gugup tak sewajarnya
“Iya..iya gue kalah. Trus lo mau apa?”
“Ya kamu harus ngelakuin perjanjian kita tadi. Tenang cuma sebulan juga” katanya meledek
Aku seperti cewek bodoh yang belum benar dalam melakukan tindakkan. Ya, hatiku tak seperti yang ada dalam otakku. Aku seperti bertemu dengan malaikat yang akan merubah pribadiku menjadi lebih baik lagi. Entah, apakah hatiku benar kali ini?
Seperti biasa bel berbunyi jam tiga sore. Aku menyusuri jalan ramai dengan sebelah kaki. Mungkin terlihat pincang. Aku sangat menyesali kejadian itu. Berharap itu---tak akan pernah lagi terjadi. Berharap juga mimpi buruk takkan menghantui di sela-sela hariku bersama cowok yang ku temui pagi tadi.
Suara mobil memarkirkan diri di belakangku. Dia lagi?? Dia menggendongku masuk ke mobilnya, yang pasti dengan paksa. Oh Tuhan, apa lagi ini?
“lo kenapa lagi sih? Mau ganggu hidup gue? Cukup di sekolah aja!” pertanyaanku memulai pecakapan sengit di dalam mobil
“Jaga sikap ke orang yang lebih tua bisa kan? Aku kasihan aja lihat kamu jalan dengan sebelah kaki. Aku pikir kamu tidak akan pernah mau naik ke mobil ini makanya aku gendong kamu” jawabnya santai
“Ooo.. jadi karena kasihan. Kamu sok peduli? Gausah sok manis deh! Gue bisa jaga diri gue sendiri tanpa bantuan lo!”
“Bodo amat deh kamu mau ngomong apa. Yang jelas mobil ini akan mendarat tepat di depan kos’an mu”
“Lo tau dari mana? Kita kan gapernah kenal?” tanyaku kebingungan
“Aku kan guru mu. Guru paling kece”---
Entah kenapa rasanya aku ingin sekali tersenyum. Rasanya bahagia banget bisa satu mobil sama dia. Dia baik, tak seperti yang ku bayangkan sebelumnya. Keren juga caranya bicara padaku, sangat lembut. Mungkin aku sayang dia. Apa yang ku fikirkan? Entahlah…
Tak terasa mobil telah berhenti. Aku masih terduduk di sampingnya dengan lamunanku. Dia memegang pundakku, dan aku tersadar. Aku menuruni mobilnya. Sebenarnya ingin sekali aku berterimakasih tapi gengsiku menahannya.
Aku berfikir sejenak. Apa salahnya aku membuka pintu hati ini untuk seseorang yang lebih dewasa dari aku? Ya, kurasa aku harus mencobanya. Esok hari berjalan seperti biasa. Rasanya ingin cepat sampai sekolah, egoku tak bisa ku tahan bahwa aku ingin sekali bertemu dengannya.
Aku memasuki gerbang sekolah. Seperti biasa aku selalu memamerkan muka cuek. Dan aku berpaspasan dengan geng TitaiLusti. Menabrak Aly, ketua geng itu
“Sorry… gua buru-buru”
“Oke… gue tau itu” kataku lalu berpaling pergi. Setelah pertemuan itu, Aly ternyata oke juga. Enggak sejudes yang aku kira. Guru itu menghampiriku saat bel istirahat telah terdengar. Mengajakku ke belakang sekolah.--
“Kita mau apa?” tanyaku
“Ayo kita duduk dulu. Jadi kita belum kenalan kan? Namaku Regga Oktaviano” Katanya mengajakku duduk.
“Gue Prilly. Panggil aja Ily. Jadi lo disini mau apa?”
“Jadi aku disini ceritanya magang gantiin guru olahraga kalian yang lagi sakit, selama sebulan doang kok. Oh iya, sekarang kata kumpulin daun-daun yang ada di depan kita.”
“Buat apa? Nanti juga ada yang bersihin.”
“Itung-itung buat meringankan beban mereka. Kasihan juga kalo tiap hari mereka terus yang ngelakuin. Kita juga harus belajar mengerti masalah orang lain. Membantu orang lain juga. Karena itu bukan suatu perbuatan yang sia-sia” jawabnya focus mengumpulkan dedaunan kering itu
Aku memuluskan rencananya. Baru sehari saja dia sudah membuatku beda. Kami terus memulai percakapan. Bercanda tawa. Aku merasa, aku tak pernah sebahagia ini. Mulai hari itu detik-detik kesepian tergeser dengan keceriaan. Regga membuat hidupku seperti sempurna kembali.---
Pernah juga aku rela keluar kelas karena hanya ingin melihatnya melatih anak-anak olahraga. Sosoknya tak pernah padam dalam hari-hari kecilku. Mulai dari berangkat sekolah bareng, makan bareng, basket bareng. Pernah sesekali dia mengajakku bermain air hujan, katanya itu bisa menjadi kenangan indah yang abadi. Aa.. itu membuatku seperti hidup kembali. Aku sadar aku mencintainya. Walaupun kami beda usia, apa salahnya?
Siang itu aku dan kak Regga sudah merencanakan pulang bersama. Tapi gagal, kak Regga memilih pulang bersama kak Virka
“Maaf ya Prilly, aku harus mengantarkan Virka pulang karena kita sudah janji kemarin. Aly sini, antarkan Ily pulang ya? Aku ada urusan penting.” Kata kak Regga kepadaku dan juga kepada Aly saat Aly melintas di depan kami.
Kak Regga pergi berlalu begitu saja. Seakan tak menganggapku ada. Aku pulang menaiki motor Aly. Dia masih saja terlihat cuek. Dia beda, bahkan di mataku dia terlihat sangat sempurna. Ada apa lagi ini Tuhan? Aly berhenti di suatu tempat yang belum pernah ku kunjungi. Berhamparan ilalang-ilalang di pinggir rel kereta api. Sangat-
indah, ku fikir Aly hanya melakukan hal seromantis ini padaku.
“Aly.. kenapa kita ke sini?” tanyaku polos
“Sebenarnya, tempat ini hanya gua yang boleh tau. Tapi apa salahnya juga kalo gua bawa lo ke sini. Disini gua biasa mencurahkan semua isi hati gua dengan teriak sekencang-kencangnya. Gua fikir lo juga harus seperti yang gua lakuin.” Jelasnya tanpa menatapku
“Mungkin. Bagaimana lo tau perasaan gue saat ini? Kita gapernah saling kenal. Gapernah saling tau isi hati satu sama lain?”
“Untuk itu, ya kita harus temenan. Gua gatau lagi harus ngomong apa sama lo. Tapi gua pengen jadi temen lo”
“Oke… gue suka pendapat lo barusan. Gue sebenernya sayang sama kak Regga”
“Hah…?” katanya kaget sambil menatap wajahku
“Sekarang lo curahin semua isi hati lo disini. Teriak semau lo. Gua bakal bantu lo bilang tentang perasaan lo ke Regga.” Katanya masih dengan nada cuek---
“Makasii Aly. KAK REGGA, GUE PENGEN LO TAU! KALO SELAMA KITA DEKET ITU NUMBUHIN BENIH CINTA GUE BUAT LO! GUE SAYANG SAMA LO KAK!” teriakku dan aku merasa lega dengan hal itu
Sosok cueknya adalah yang terbaik bagiku saat ini. Aly andai aku kenal kamu lebih dulu. Mungkin rasa cinta ini buat kamu. Postur tingginya yang membuatku merasa cocok jika harus berdampingan dengannya. Wajahnya yang membuatku tidak bisa berhenti membayanginya. Aly akhirnya mengantarkanku pulang. Mulai besok dia akan mengajriku bermain gitar dan membuat lagu untuk kak Regga.
Dirumah Aly suasana tegang terjadi
“Hey…”
“Gausah sok akrab deh lo!” bentak Aly kepada Regga
“Lo kenapa sih ly? Gue salah apa sama lo?”
“Salah lo banyak. Tapi yang jelas satu hal yang perlu lo tau, lo udah ngerebut cewek yang gua suka!” kata Aly beranjak pergi
Aku tak sabar menunggu hari esok. Saat aku bersama Aly lagi. Ku baringkan tubuh ke tempat tidur. Aku tak ---menyangka aku akan mengenal sosok kak Regga dan Aly yang sama-sama mengerti aku. Dengan mereka aku merasa lebih bisa menghargai hidup. Aku seakan telah melupakan Kevin. Penyemangat hidupku yang dulu. Kevin juga yang mengajari ku tersenyum, dan dia juga yang mengajariku menangis, merasa sedih hingga detik ini.
Esok ini seperti mimpi nyata yang belum pernah ku temui. Ada dua bagian terpenting yang sama-sama membuatku nyaman berada di situasi ini. Semoga kalian berdua bukan yang sesaat untukku. Karena aku selalu ingin kalian berada di dekatku. Setiap saat kapanpun itu. Walaupun aku sangat sadar, aku tak mungkin bisa memiliki keduanya. Tapi jujur, aku tak pernah ingin kalian pergi.
Terdengar desahan suara mesin yang berisyarat. Aku menghampirinya, Aly? Dia menjemputku tanpa aku minta sebelumnya. Terasa sangat romantis kurasa
“Prilly…ayo…!” serunya dari motor
“Lo ngapain ly?” tanyaku dengan senyum saat aku menghampirinya
“Gua jemput lo Prilly. Masa lo gangerti sih?”---
“Tunggu apa lagi sih ly? Ayo… jam mepet nih!” lanjutnya lagi
Aly menyalakan gas sangat cepat yang membuatku ketakutan. Aku pegang erat-erat tubuh yang diselimuti jaket hitamnya. Entah kenapa, aku merasa nyaman dengan situasi saat ini. Seakan aku sedang bersama malaikatku yang sebenarnya. Kami sampai di depan gerbang sekolah dan berpas-pasan dengan kak Regga dan geng TitaiLusti. Kak Regga menggandeng tanganku dan meninggalkan Aly bersama gengnya.
“Aly lo kenapa sih jadi aneh gitu? Lo ketua kok lo malah deket sama cewek sih?” Tanya Boy
“Gua Cuma temenan sama dia! Apa itu salah!”
“Temenan sih boleh aja! Tapi jangan sampai lo cinta sama Ily! Lo ngerti!” jawab Sam
“Dan lo jangan lupa juga sama TITAILUSTI! Prilly akan buat lo kehilangan kita!” ancam David yang menuntut Aly untuk segera menjauhiku
Seperti biasa, aku menemui Aly di taman sekolah. Aly mengajariku banyak hal saat ini. Cara bernyanyi, memetik gitar, menciptakan nada yang akan terdengar ---indah di telinga kak Regga. Sekarang yang ku fikirkan bukan hanya perasaanku saja tetapi Aly juga. Apa dia benar-benar berniat membantuku? Apa dia tidak mencintaiku? Dan itu hanya Tuhan yang tau. Sore itu hujan mengguyur kota sangat deras. Aku dan Aly berteduh di gerbang sekolah.
“Aly, ayo main hujan. Seru loh!” kataku menarik tangan Aly
“Berhenti Ily!” serunya menarik tangan ku kembali
“Kenapa Aly! Kata kak Regga hujan itu adalah anugerah yang tak boleh disia-siakan. Ini akan menjadi kenangan abadi kita!”
“Gua bukan Regga! Sekarang lo pikir, hujan memang anugerah, tapi bukan untuk disalah gunakan. Dia ditakdirkan untuk kita lihat bukan kita rasakan! Lo ngerti kan maksud gua? (menggelengkan kepala) Gini, hujan akan nangis kalo penikmatnya sakit! Seandainya lo emang bener-bener ngerasain hal yang beda sama hujan. Lo bahagia, dan akhirnya lo sakit. Carilah kebahagiaan yang seutuhnya, bukan sementara. Kenapa lo gangerti sih?” Itulah akhir dari percakapan kita hari itu. Aly benar, seandainya bahagia hanya sementara, mengapa tak ku pilih yang selamanya? ---Dan apa maksud Aly? Seakan menentang hubunganku dengan kak Regga?
Kami terus saja bersikap sama. Aly terus mengajariku bermain gitar dan hari itu benar-benar tiba. Hari di mana aku akan mengungkapkan semuanya. Ku hampiri kak Regga, kupetik gitar dan terdengar nada indah yang aku buat bersama Aly. Aku terus bernyanyi dan sampai di ujung nada
“Kak Regga, maafin gue atas semua kesalahan gue sama lo. Jujur gue merasa sangat nyaman sama lo. Gue gak ingin lalui hari esok kalo engga sama lo. Aku tak tau mengapa rasa ini ada menyapaku. Aku pun tak tau kalau aku akan berjumpa denganmu. Gue akan menjumpai nama kita. Aku mencintaimu.” Kataku menjelaskan apa yang terjadi pada diriku.
“Kita sama-sama terdesak dalam satu sisi, yaitu tidak boleh saling mencintai. Aku juga menyayangimu, sebagai seorang adik yang akan terus bersamaku. Aku hargai keberanianmu itu. Aku tau resiko ini akan terjadi jika aku mengenalmu. Aku mencintai Virka, bukan kamu Ily. Maafkan aku jika kejujuranku menyakiti hatimu”---
“Jadi itu keputusan terbaikmu?! Gue ganyangka lo tega kak! Gue kira lo yang bisa gantiin Kevin di hati gue! Pahit kak! Pahit!”
“Prilly? Kita beda usia dan aku menghargainya. Kamu lebih pantas bersama adikku Aly. Aly yang mencintaimu! Bukan aku! Sehrusnya kamu mengerti itu.”
“Pelajaran ini akan selalu terkenang sebagai pelajaran terburuk yang pernah gue dapet kak! Makasih!”
Aku berlari, mencari Aly yang tak ku temui tadi. Mencintai kak Regga adalah keputusan terburuk! Kenapa sih dia lakuin itu? Cinta tak berbalas itu sakit.
“ALY? Kemana lo tadi!”
“Lo kenapa nangis ly?”
“Itu semua karena lo ly! Kenapa sih lo jahat sama gue? Lo bohongin gue kan? Regga itu kakak lo gue tau itu! Kenapa sih saat gue udah bisa nerima keadaan yang baru, semua yang gue cintai nyakitin gue? Gue salah apa sih? Kalian kompak bikin hati gue hancur. Lo dan Regga udah bikin gue takut mencintai lagi! Bagaimana kalo gue benci sama lo! Membenci nama kita! Membenci kebersamaan lo --dan gue! Bukankah itu lebih baik lagi daripada kita saling mencintai?”
“Tolong jangan katakan hal yang seharusnya tidak kau bicarakan! Karena itu percuma! Gua gaakan pernah berhenti mencintai kebersamaan kita!” katanya tanpa ku dengarkan. Aku pergi berlari, meninggalkan butir-butir air mata ku tadi
“PRILLY! KARENA GUA SAYANG SAMA LO! MAKANYA GUA LAKUIN INI” Teriaknya menggema
Di sekolah Aly dicegah geng TitaiLusti. David memukuli Aly Karena terbawa emosi.
“David udah! Kami semua kecewa sama lo ly! Lo pilih dia dibandingkan kita, temen lo sejak SMP. Udah, mendingan kita gausah saling kenal lagi. Lo keluar dari geng dan lo lupain kita!” tegas Sam lalu pergi
Aly menghampiri Regga yang baru saja terduduk di sofa ruang tamu. Menarik lengannya, dan terjadi perdebatan hebat antara seorang adik dengan kakaknya
“Mau lo apa sih ga? Lo merasa hebat udah menang dapetin hati Ily? Sekarang lo tinggalin dia gitu aja? Lo tau ga perasaannya yang hancur karena cowok yang ia cintai pergi? Gua udah coba ngalah soal hati gua! Gua coba --ngerelain dia buat lo! Karena bahagianya Cuma ada buat lo! Lo tau ga perjuangan gua buat dapetin dia kayak apa? Susah! Gua rela ninggalin temen-temen gua demi Ily! Tapi kenyataannya pahit! Gua ga dapet apa-apa. Gua ga dapet pintu hatinya. Kunci pintu hatinya Cuma ada di lo! Lo nyakitin hati Ily, berarti lo nyakitin hati gua juga! Lo puas nyakitin dua hati yang berbeda?” tangan Aly ingin memukul pipi kakaknya tapi tertahan
“Gue selama ini udah cukup ngertiin hati lo! Gue selama ini berusaha jadi kakak yang berguna buat lo! Semua permintaan lo gue lakuin! Kurang apa lagi? Kemarin lo bilang gue udah ngerebut pujaan hati lo! Sekarang gue balikin dia ke lo, tapi salah lagi kan? Semua yang gue lakuin buat lo gapernah lo hargai! Gue ngelakuin ini salah, ngelakuin itu salah, seakan semua yang gue lakukin buat lo selalu salah! Dalam hal apapun itu! Kita udah hidup lama, dari kecil sampai besar kita lalui bersama! Kenapa lo ga bisa peduli perasaan gue? Lo sadar, lo udah ngerenggut kasih sayang mama dan papa? Mereka lebih sayang sama lo tapi gue masih bisa sabar! Mereka gapernah peduli sama gue! Yang ada di fikiran mereka Cuma lo, Aly! Disini gue gapernah dianggap apa-apa. Gapernah dianggap anggota ---penting keluarga! Lo harusnya mikir! Lo enak bisa disayang mereka! Gue gapernah!”
“Itu semua karena lo sering pergi ninggalin kita! Dari dulu kita deket, tapi lo lama-kelamaan jarang di rumah! Lo gapernah ngerasain kan cemasnya papa mama nungguin kabar dari lo! Gua benci lo yang sekarang!”
“Lo mau nyalahin gue lagi? Gue udah cukup sabar nanggepin sifat lo yang kayak gini! Gue haus kasih sayang di sini! Lo tau sebabnya gue sering pergi? Karena gue ganyaman terus-terusan disini ngeliat lo diperlakukan sepesial sama mereka! Gaada gunanya gue disini lagi! Lebih baik gue pergi, karena lo ga pernah ngerti keadaan gue saat ini!”
Regga pergi berlari meninggalkan Aly yang meneteskan air mata. Regga mengambil bersih baju-bajunya di almari. Menaruhnya ke dalam koper. Entah kemana dia akan pergi, yang pasti untuk tidak kembali.
“Regga?” kata Aly berlari, mendekap raga Regga
“Apa yang lo lakuin?”
“Gua sadar kenapa Ily lebih pilih lo dibandingkan gua. Karena lo lebih sempurna untuk dia! Lo udah buat hari--- gelapnya menjadi terang. Lo sepesial dimatanya. Gua gaada apa-apanya. Sifat gua yang egois membuat hati gua beku! Membuat diri gua terus-terusan salahin lo. Gua selalu ngebantah omongan mama soal balap montor. Sifat gua berbeda 180 derajat dan lo lebih baik! Lo mandiri, lo peduli sama orang lain. Sedangkan gua? Gua iri sama lo! Lo bisa dapetin apa yang lo mau dengan kerja keras lo sendiri! Mama sama papa selalu sayang sama lo. Gaada yang bisa gantiin lo di hati mereka! Kalo mereka gasayang sama lo, buat apa mereka nunggu kabar dari lo saat lo gaada di rumah? Buat apa mereka tetap membiarkan lo ada disini? Mama papa peduli karena mereka ingin yang terbaik untuk kesembuhan gua! Mereka semata-mata care karena hidup gua udah galama lagi. Mungkin di hati mereka, mereka nyesel udah ngerubah sifat lo menjadi dingin sama keluarga. Maafin gua udah bikin lo jauh dari mereka. Gua mohon lo jangan pergi tinggalin mereka! Gua mohon lo tetap disini sampai gua bene-bener udah gaada!” jelas Aly menangis di depan kakaknya
“Lo sakit apa Aly? Kenapa lo gapernah cerita ke gue?”
“Karena gua sayang sama kakak gua. Gua gamau kakak gua sedih ngelihat keadaan gua sekarang. Gua gamau-- semua orang peduli sama rasa sakit gua! Setengah tahun yang lalu gua jatuh dari motor. Gua dibawa ke rumah sakit. Dan saat itu dokter mengucapkan hal yang ga pengen gua denger! Gua benci sama rasa sakit gua! Mungkin memang Ily gapantes sama gua!”
“Gue juga minta maaf gapernah tau soal ini. Gapernah peduli sama adik gue sendiri. Gue bakal bantu lo ngelewati rasa sakit lo. Gue janji lo ga akan pernah ngerasa sakit sendirian! Rasa sakit lo, rasa sakit gue juga!” kata Regga mengakhiri pembicaraan sore itu
Sejak saat itu kak Regga dan Aly menjadi akrab lagi. Semua terasa begitu cepat. Hingga akhirnya kak Regga menemuiku di tempat yang pernah aku dan Aly kunjungi sebelumnya. Regga melangkahkan kaki mendekatiku yang tengah melamun di pinggir rel.
“Prilly, aku minta maaf kalau kejadian kemarin bikin hatimu sakit. Aku…”
“Udahlah, gaada yang perlu kita omongin lagi! Lo, gue, dan Aly udah gaada hubungan apa-apa lagi. Gue benci lo dan Aly! Udah puas!” kataku bebalik badan---
“Lo boleh benci gue! Tapi jangan sama Aly! Aly sakit Prilly! Umur dia mungkin udah galama lagi. Gue pengen lo peduli sama orang yang udah cinta sama lo sejak lama!”
“Aly sakit? Kenapa lo baru cerita ini ke gue? Jawab!” kataku memaksakan Regga untuk memberi jawaban
“Aly gapernah cerita soal ini ke gue. Gue aja ga tau kapan tepatnya Aly punya sakit itu. Prilly, gue mohon, lo bilang ke Aly tentang perasaan lo ke dia! Sebelum dia pergi”
Aku memeluk kak Regga. Tuhan, jangan biarkan aku kehilangan seseorang yang aku cintai lagi. Aku mencintai Aly lebih dalam daripada mencintai Kevin. Jika memang akan ada yang harus pergi, aku saja yang akan pergi. Aly lebih baik dari aku. Biarkan dia tetap di sini. Aly maaf, aku gapernah tau soal hati kamu. Aku gapernah tau cinta kamu. Aku terus dihantui rasa ketakutan. Ku dekap tubuh kak Regga lebih kencang dank u lepaskan saat ku melihat seseorang sedang berlari menjauhi kami.
“ALY!!” teriakku. Aku mengejarnya, langkah ku terputus saat kereta akan melintas di depanku. Dan saat itu aku tau, Aly sangat kecewa denganku. Walaupun ini hanya kesalah pahaman. Esok hari Aly tak menghentakkan -kakinya di sekolah. Aku mencari dia, dan aku menemukannya terduduk lemas di taman kota.
“Aly?” kataku lirih. Perlahan mendekati raga Aly yang terlihat sangat lesu
“Kenapa lo disini? Lo gausah peduliin gua. Gua udah cukup puas sama keadaan ini.” Katanya ingin beranjak pergi
“Aly, gue tau lo marah sama gue. Gue tau lo kecewa karena kejadian kemarin. Tapi sumpah, gue meluk Regga karena gue kebawa suasana. Kak Regga bilang lo sakit. Lo tau saat itu hati gue bilang apa? Dia bilang gue harus temui lo, gue harus minta maaf sama lo, karena gue ga pernah bilang kalo gue cinta sama lo. Gue sadar, kak Regga bukan segalanya. Saat gue sedih, lo yang bikin gue ketawa. Gue mikir, gimana hancurnya hati lo saat gue bilang gue suka Regga. Pasti itu sakit banget! Dulu gue pernah kehilangan Kevin, penyemangat hidup gue. Dia yang selalu memberi tawa. Tapi penyakitnya itu merenggut semuanya. Gue gatau lagi harus ngomong apa lagi. Tuhan bener-bener kasih cobaan buruk buat hubungan gue sama Kevin. Karena itu gue coba tegas sama ego gue. Karena gue gamau ngerasa kehilangan lagi. Maafin gue karena udah buat lo kehilangan temen-temen lo juga. Mereka udah benci sama lo karena gue. Harusnya gue sadar dari awal, gue Cuma bawa -petaka buat lo. Gue gaada apa-apanya kalo ga sama lo. Terserah lo mau bilang apa, yang jelas gue udah coba jujur soal hati gue” kataku menyesal
“Aly maafin dia. Maafin kita juga. Kita jadi temen lo ngerasa ga berguna!” kata Sam dari belakang
“Gue juga minta maaf udah mukulin lo kemarin. Kita susah seneng bareng-bareng. Dan gue bodoh, udah ninggalin lo saat lo lagi butuh kita semua” tambah David
“TitaiLusti bubar! Karena mencintai itu bukan merupakan kesalahan! Maafin gue udah buat lo menjadi bukan diri lo. Maafin kita udah buat lo memendam rasa cinta kepada Prilly. Gue…” kata Boy terputus
“Cukup guys! Gaada yang perlu disalahin. Gua udah maafin lo semua. Gua gaakan sanggup marah lama-lama sama kalian! Terutama lo Ily! Karena cinta udah buat gua ga bisa benci sama lo walaupun hati gua udah sering lo sakitin. Gue gapernah kecewa sama keputusan lo, karena gua pengen yang terbaik buat lo. Makasih buat kejujuran lo ngomong soal perasaan lo ke gue. Gue udah cukup bahagia. Lo bukan pembawa petaka buat gua ly! Justru sebaliknya. Lo yang udah buat hari gua berwarna. Lo yang udah bantu- gua melawan rasa sakit gua. Gua sayang sama lo Prilly!” kata Aly memelukku.
Aku sangat merasa seperti melayang. Gaada lagi TitaiLusti. Gaada lagi yang melarang Aly mencintai. Dan ini sungguh-sungguh seperti mimpi. Aku berharap ini tak akan berakhir disini, berharap Aly tak kan pergi, berharap kita masih bisa saling mencintai. Ku harap waktu mendukung kedekatanku dengan Aly saat ini. Terkadang cinta juga harus menyakiti, agar penerima mampu belajar sakit hati. Besok, Aly mengajakku dinner. Waw, sesuatu yang sangat menegangkan. Aku memakai baju yang diberikan Aly tadi pagi. Katanya, aku akan terlihat sangat cantik sekali.
“Tin…Tin…” Aly menjemput ku dengan mobil silvernya. Aku menaikinya, dan duduk tepat disamping Aly yang mengemudikan mobilnya
“Lo tau ga kalo gua sebenarnya benci naik mobil? Tapi karena lo, gua mau lakuin sesuatu yang gua gasuka. Gua gamau buat lo sengsara karena harus naik motor balap gua. Lucu juga kan? Ya, itulah perjuangan gua” katanya memperlihatkan senyumnya
“Lo sensitive banget sih. Gue ga kayak gitu kali! Gue rela naik apapun itu, asalkan sama lo. Bukankah cinta yang- beda itu adalah cinta yang paling kuat. Seberapapun jailnya lo, seberapapun tingkah laku aneh lo, gue gaakan pernah nyesel kenal lo hingga detik ini. Karena apa, karena gue Cuma sayang sama lo sekarang, esok, dan kapanpun itu yang jelas pasti!”
“Makasih Prilly, lo hadiah terindah yang pernah Tuhan kasih buat gua. Satu-satunya orang di dunia yang bisa buat gua bahagia. Awalnya gua ganyangka bakal sedeket ini sama lo, dan itu semua berkat Regga. Walaupun gua sempet benci sama kakak gua yang kece itu”
Aku hanya bisa tersenyum. Satu waktu yang tak ingin ku akhiri saat ini, yaitu detik ini juga saat aku masih bersama Aly. Cowok ini emang cowok terbaik yang pernah Tuhan hadirkan di memoriku yang sempit ini. Tingkah konyolnya juga yang membuatku tak ingin berada jauh darinya. Mobil sampai di suatu tempat, ilalang dekat rel kereta. Sangat gelap dan sangat menakutkan. Aku masih berusaha memberanikan diri ikut bersama Aly menyusuri ilalang-ilalang tinggi itu. Apa yang sebenarnya ada di otaknya. Bukankah dinner seharusnya penuh dengan keromantisan.
“Aly, gue takut!” kataku sedikit gemetar---
“Apa sih yang perlu lo takutin? Ada gua yang siap buat ngelindungin lo. Lo ikutin aja langkah kaki gua, dan lo akan menemukan sesuatu yang beda dalam hidup lo. Lo gaakan pernah nyesel kenal dan cinta sama gua. Karena itu bukan sesuatu yang sia-sia. Terbilang indah untuk siapapun yang melihatnya”
Tak sadar kita sudah berada di tengah-tengah ilalang yang gelap. Hanya seberkas cahaya senter di jemari Aly.
Cowok itu menyuruhku menggerak-gerakkan ilalang itu dan apa yang terjadi. Kunang-kunang bertebaran di sana. Seketika gemerlip lampu ikut merayakannya. Tersedia dua kursi dan meja yang sudah tertata rapi. Kami berjalan ke sana dan itu rasanya sangat so sweet. Dia bisa seromantis itu dibalik tampang cueknya.
“Satu hal terindah saat aku mencintaimu. Terasa begitu sempurna saat aku memandang indah wajahmu. Gua ganyangka gua akan terlepas dari rasa sakit gua. Vonis dokter itu salah, hasil itu bukan punya gua. Penyakit itu juga. Gua asli sehat. Dan gua seneng banget gua masih bisa terus-terusan sama lo.”
“Lo serius? Aly, gue seneng banget lo sehat. Gue seneng kita masih bisa sama-sama” tangisku memeluknya---
“Prilly, disini gua mewakili hati gua yang bersembunyi dibalik raga gua. Dari awal gua ketemu sama lo hingga detik ini perasaan gua masih sama. Yaitu mencintai lo! Bagi gua mencintai bukan suatu kesatuan yang utuh, kalo lo gatau apa yang gua rasain sekarang. I’ll Be There For You!”
Aly memberi bunga mawar indah dan aku bisa mengerti, bahwa dia benar-benar mencintaiku. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Bersyukur dan terus bersyukur. Tuhan mengabulkan doa singkatku. Aly terbebas dari vonis penyakit yang ditentukan dokter. Tuhan, ini hadiah terindah untukku saat ini. Kami bersatu, membentuk pribadi yang istimewa. Tapi…
“Aly gue gapantes buat lo. Gue gaada apa-apanya dibandingin cewek-cewek yang lebih cantik. Gue itu gasempurna. Sifat gue jauh beda. Gue cinta sama lo, tapi…”
“Ily, lo percaya perbedaan menyatukan dua raga menjadi satu jiwa. Kita memang beda, gua yakin itu. Tapi cinta kita sama. Gua gapeduli lo siapa, lo darimana, sifat lo pun gua ga mempermasalahkannya. Karena gua cinta. Dan itu Cuma sama lo!”---
“Aly, gue gatau lagi harus ngomong apa…” tangisku mendekap raga Aly
“Maaf gua cuma bisa kasih ini. Lo duduk, lo lihat ke atas, sekarang” aku menengok ke atas dan
“I LOVE PRILLY AND UNEXPECTED FOR ALY” Kembang api ikut merayakan hari jadi kita hari ini. Unexpected for Aly. I don’t forget is it. And I always remember it. Aly kamu sempurna, Aly kamu yang paling ISTIMEWA. Aly terimakasih untuk waktunya hari ini. Aly mengajakku berdansa bersama ilalang yang bergoyang. Kunang-kunang masih bertebaran di atas kami. Akupun tak menyangka Aly akan memasangkan gelang couple untuk kami.
“Aly lo tau, suasana seperti ini yang udah gue harapin sejak lama. Dan itu semua terwujud sama lo. Gue gatau apa gue bisa lupa sama ini. Yang pasti saat gue udah lupa semuanya, pasti masih ada nama lo disini! Dihati gue! Yang kan terus tersimpan. Waktu, keadaan, kebimbangan membuatku paham, siapa sebenarnya cinta sejati itu? Cinta sejati adalah lo gue dan harapan indah kita.”
“Prilly makasih! Gua sayang sama lo! Walaupun ini sesuatu yang tak terduga! UNEXPECTED! Kuharap inilah --sesuatu yang bisa benar-benar membuatmu bahagia. Dan itu hanya bersamaku. Kita satu, bersama dengan senyuman, ketenangan, dan kedamaian.”
“Aku belajar mencintai, bukan membenci. Tapi kenyataannya, ini memang bukan hal yang berarti lagi. Dua hal itu adalah sama, yaitu menyusun nama kamu di hati ini”
“Kamu percaya, seseorang yang mencintaimu dengan sempurna ada di depan mata. Memandangmu dan berkata, sesuatu yang baru saja ku ungkapkan dengan lisan”
Kita menari, menikmati indah suasana yang Aly berikan. Percayalah ini akan menjadi sejarah dalam hidup kita. Dan akan menjadi peristiwa terpenting saat aku mulai mengenal indah namamu dan dirimu yang sebenarnya. Ketika kau dan aku satu, itulah cinta.  UNEXPECTED FOR ALY, HAPPY TO ME!

“Cinta akan tetap SAMA, jika mereka masih BERSAMA” cetus Regga saat melihat kemesraan adiknya denganku.---

Kamis, 16 Oktober 2014

RETURN “ELVIRA NATALI”



Judul: Return
Penulis: Elvira Natali
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Editor: Nesia Anindita
Cetakan:1, Februari 2014
Tebal: 232 halaman
Ukuran: 13.5 x  20 cm
ISBN: 978-602-03-0205-8
Novel terbitan Februari 2014 ini mungkin sudah sangat familiar. Sebelumnya Elvira Natali selaku penulis novel tersebut sekitar tahun 2011 pernah menerbitkan novel yang berjudul Janji Hati. Yang sekarang difilm kan oleh produser ternama Rudi Soejarwo. Novel ini terbagi menjadi 3 bab. Bab petama bercerita tentang hubungan Felicia dengan Marcel, bab kedua Felicia menerima beasiswa ke sekolah musik, dan bab ketiga saat Felicia mengetahui siapa sebenarnya Yutaka. Return mengisahkan tentang seseorang bernama Felicia Volney yang berpacaran dengan cowok selisih 5 tahun lebih tua darinya, bernama Marcel Darmawan. Setelah kelulusan Marcel memutuskan untuk menimba ilmu lebih lanjut di Milan. Bab kedua, sebenarnya Felicia sedikit tertekan dengan situasi ini, karena dulu ayahnya kecelakaan tepat di Milan juga saat Felicia berumur 13 tahun. Hal itu juga yang memberatkan Felicia untuk mengizinkan Marcel pergi. Akhirnya Marcel pun berangkat ke Milan. Dan yang tidak disangka sebelumnya terjadi juga, Marcel terlibat kecelakaan di Milan, dan dia mengalami amnesia. Dia pun lupa juga dengan Felicia yang merupakan tunangannya. Felicia merasa tertekan, mungkin baginya Milan adalah neraka.
            Tapi akhirnya Felicia menerima beasiswa ke Julliard, New York. Felicia akhirnya memiliki karier sebagai penyanyi terkenal dan harus melakukan syuting video klip di Milan. Sebenarnya Felicia merasa takut dengan Milan, tetapi karena pekerjaan yang mengharuskan ia kesana, akhirnya dia berangkat juga. Felicia bertemu dengan Michio Yutaka selaku model video klipnya. Yutaka merasa tertarik lebih dalam mengenal Felicia yang misterius. Mereka semakin dekat, dan menumbuhkan benih cinta diantara mereka. Secara keseluruhan, novel Return sangat menarik untuk dibaca. Selain jalan ceritanya yang susah ditebak, novel ini mempunyai ciri khas sendiri. Bahasa yang digunakanpun lebih dari baik bagi saya sendiri, karena banyak menyebar kata-kata romantis di setiap barisannya. Misalnya “Aku tak pernah berpikir sebelumnya bahwa kebahagiaanku adalah yang terpenting bagimu. Kalau begitu, sejak saat ini aku juga ingin melakukan hal yang sama, membuatmu bahagia.” Saya sangat menikmati membaca novel ini. Dari segi covernya pun menarik perhatian saya, yaitu menggambarkan kota Milan dengan kombinasi warna yang enak dipandang mata. Selain Elvira yang berbakat menulis, tim editor Gramedia Pustaka Utama pun juga mengembangkannya dengan sebaik mungkin. Awalnya saya tertarik membacanya karena yang dilihat pertama kali covernya, setelah itu saya beralih melihat penerbitnya. Dan saya yakin Gramedia hanya menerbitkan novel yang layak dibaca. Kemudian saya membaca sinopsisnya. Dari segi bahasa saya mulai tertarik,  ditambah lagi pengarangnya adalah Elvira Natali, penulis idola saya. Biarpun saya diperintahkan untuk membacanya berpuluh-puluh kali saya mau.


            Ending dari cerita ini, akhirnya semua rahasia terungkap. Tiba-tiba ibu dari Yutaka sakit dan ia harus kembali ke Jepang. Yutaka pun meminta Felicia untuk menyusulnya. Felicia tersadar, bahwa ibunda Yutaka adalah teman dekat mamanya saat kuliah di Jepang. Dan yang tidak diduga, bahwa Yutaka sebenarnya adalah kakak dari Felicia sendiri. Mama Felicia menitipkannya kepada teman dekatnya, Ayumi Nagato. Lagi-lagi Milan yang membuat hatinya hacur lagi. Akhirnya Marcel pun mengingat kembali masa lalunya bersama Felicia. Felicia kembali menjalin cinta lagi bersama Marcel. Novel ini adalah novel Amore yang sengaja dikemas untuk mengisi waktu luang. Bergenre roman, merupakan novel fiksi yang lumayan ringan bagi saya. Secara keseluruhan saya cukup puas membaca novel ini, karena saya lebih mencondongkan novel yang ringan dengan gaya bahasa indah dan mampu menghipnotis pembacanya.
Mungkin hanya ini saja pendapat saya. Saya pribadi sangat menyukai novel ini. Selamat beraktivitas kembali tim GPU. #ResensiPilihan
             

Rabu, 20 Agustus 2014

Karena Kamu Indonesiaku



Udara pagi masih terasa berhembus ke ujung saraf paling dalam. Masih merasakan dingin yang tak terduga sebelumnya. Desahan air tak kunjung terhenti. Lajuan mobil menghampirinya. Melawan rintikan air hujan ke arah sekolah. Naomi dan Sam adalah pasangan yang sama sekali terlihat tak serasi. Mereka bertemu saat pelantikan pengurus osis setahun yang lalu. Keduanya dipertemukan dengan perbedaan sangat nyata. Sambil menunggu hujan reda, Naomi dan Sam menyiapkan keperluan untuk MOS. Selalu terlihat mesra mereka berdua. Peluitpu memecahkan suasana hening. Menandakan siswa baru harus berkumpul melaksanakan MOS. Tiba-tiba salah satu siswa terjatuh dan terluka. Sam menggendongnya
"Sam?" Ucap Naomi lirih, tapi sam tak memperdulikannya. Naomi terus mengikuti dua orang yang sangat serasi itu. Sam mengobati lukanya dengan penuh perhatian
"Sam??" Sapa Naomi yang terdengar seperti tak menyapa.
"Apa?" Kata Sam cuek, sambil melihat mata Naomi.
"Kamu gapernah seperhatian itu sama aku? Kamu juga menatapnya lebih dalam daripada aku?!" Kali ini ekspresi Naomi sedikit memperlihatkan kesedihannya.
"Kenapa sih kamu kekanak-kanakan gitu? Kamu tau kan ini memang udah kewajiban aku sebagai kakak kelasnya untuk menolongnya."
"Ya tapi gausah bersiap semanis itu! Apa kamu peduli sama pacar kamu ini? Kamu gapernah ada waktu untuk aku! Sedikitpun! Tapi sama dia? Kamu beda!" Naomi marah dan meninggalkan Sam bersama siswi yang masih terbaring di ranjang UKS.
Kali ini Naomi benar-benar marah dengan perlakuan Sam. Hatinya bimbang, apakah Sam menyukai siswa tadi. Esok hari Naomi menunggu kehadiran Sam di halaman rumahnya. Tapi Sam tak juga datang. Akhirnya jam mendarat tepat di angka tujuh yang membuat Naomi harus menerima hukuman tepat di bawah tiang bendera. Naomi akhirnya terjatuh pingsan dan terbangun di UKS bersama Sam.
"Kenapa sih kamu bisa dihukum gitu? Itu nyiksa kamu tau ga? Aneh!" Marahnya kepada Naomi
"Kamu mau salahin aku lagi? Kamu sadar ga kenapa aku bisa dihukum? Itu semua karena kamu! Aku nungguin kamu pagi tadi! Kamu jahat tau ga!" Kata Naomi sambil terbangun
"Maaf! Maafin aku Naomi! Aku sayang kamu!"
Sam memeluk Naomi diikuti senyuman kecil Naomi. Mereka kembali akrab seperti biasa. Menjalani situasi-situasi sulit berdua. Siang itu juga Sam meminta Naomi untuk pulang lebih awal karena ada tugas Sam harus segera diselesaikan. Mulai hari itu juga mereka tak pernah ada waktu untuk bersama lagi. Saat pelajaran dimulai Sam lebih banyak menghabiskan waktu di lapangan. Hari terus berganti. Sam semakin tak terlihat di depan Naomi lagi. Dan yang tidak diduga sebelumnya, Sam berada di lapangan bersama siswa yang ditolongnya kemarin.
"Jadi ini alasan kamu? Kamu lebih pilih luangin waktu buat dia daripada sama aku? Kita baru aja baikan karena masalah kamu sama dia! Sekarang masalah kamu sama dia terulang lagi! Aku tak pernah menyangka, ternyata kamu benar-benar menyukainya. Menyukai pengibar bendera di 17 mendatang!"
"Tolong jangan buat masalah baru untuk hubungan kita saat ini! Harusnya kita saling percaya. Menjaga hati kita!"
"Percaya? Apa kedekatan kalian bisa membuatku percaya? Kamu kenapa sih? Kamu gapernah sadar gimana rasanya mencintai seseorang dengan perbedaan ini!"
"Kamu harusnya bisa contoh dia! Dia lebih baik dari kamu! Dia lebih hebat bisa menjadi paskibraka! Sedangkan kamu? Apa kamu bisa membuatku bangga dengan usahamu? Aku lebih tertarik dengan cewek yang mampu membanggakan Indonesia!"
"Udah cukup bandingin aku sama dia?! Aku tau aku ga sempurna seperti cewek kriteria kamu. Aku tau itu! Aku memang terlalu lemah untuk menjadi bagian dari paskibraka! Tapi bukankah cinta harusnya apa adanya? Bukankah cinta harusnya menerima kelemahan pasangannya? Sekarang aku sadar kita memang harusnya tak bersama!"
"Maksud aku bukan gitu Naomi!"
"Trus apa maksud kamu Sam?! Kamu mau putus?"
"Aku cuma minta kamu hargai kewajiban aku sebagai pelatih paskibraka! Aku cuma menuntut kamu berjuang demi aku! Aku cuma mau kamu kibarkan bendera merah putih demi kita! Kalau kamu ga bisa jadi paskibraka tanggal 17 mendatang, sebaiknya kita akhiri saja hubungan kita saat ini!" Kata Sam pergi menggandeng cewek itu
Hati Naomi sakit. Dia sadar dia tak mungkin bisa bersama Sam lagi. Mengapa perpisahan datang saat hati terlalu mencintai? Saat ini dia benar-benar yakin, dia tak mungkin bisa menjadi paskibraka seperti yang Sam minta. Tubuhnya terlalu lemah untuk hal itu. Dengan sangat berat hati Naomi memilih pergi meninggalkan keluarganya serta sekolahnya untuk beberapa hari kedepan. Itu semua karena Naomi terlalu letih jika harus melihat canda tawa Sam bukan bersamanya lagi.
Sepanjang jalan ia lalui sendiri. Tanpa fikir panjang dia memutuskan berhenti. Duduk di sela-sela rumput yang menghiasi pinggiran rel kereta itu. Dia tak tau kemana lagi dia harus mencari. Jejak-jejak cintanya yang baru.
"Hey?" Sapa seseorang dari belakang Naomi
"Aku gapapa! Kamu tenang saja!"
"Why? Kamu terlihat murung dari tadi."
"Aku gatau harus kemana lagi aku melangkah. Aku tersesat di sini!" Kata Naomi berbohong
"Oh gitu? Yaudah kamu ikut rombongan kami saja. Naik ke puncak bukit di sana" menunjuk arah utara
Naomi pun mengikuti mereka. Yang tidak pernah difikirkan sebelumnya mereka adalah anggota paskibraka. Naomi belajar banyak dari mereka. Hingga tersadar kedekatan Naomi dengan Kak Virza menumbuhkan benih cinta. Kak Virza selalu berada di dekat Naomi. Mereka menyusuri setapak jalan yang memuncak dengan peluh letih. Anehnya Naomi merasa kuat dengan keadaan ini. Malampun semakin larut, mereka memandangi indah langit bersama alunan petikan gitar Kak Virza.
"Terkadang aku berfikir aku adalah yang paling lemah di antara kalian. Walaupun itu memang benar. Tapi aku juga pernah berfikir aku tak akan pernah bisa menjadi anggota paskibraka sekaligus mengibarkan bendera merah putih. Tapi hari esok akan membuktikannya. Bahwa aku bisa! Aku tak selemah apa yang aku fikirkan sebelumnya" ungkap gadis di sebelahnya itu
"Kelemahan memang ada. Tapi bukan untuk menjadikan diri kita tidak bisa melakukan apa-apa. Aku sebelumnya tak menyangka. Bagaimana mungkin aku menjadi paskibraka. Tapi kenyataannya memang seperti itu. Aku selalu mengiyakan rintangan yang ada di depanku. Karena aku ingin melangkah lebih maju, walaupun itu dimulai dari satu langkah saja. Percayalah kita bisa untuk menjadi yang terbaik Naomi. Dengan berusaha dan tekat untuk membuktikan kepada dunia kita lebih baik dari mereka" jelas Kak Virza
Naomi memeluknya. Kak Virza sudah seperti kakak yang selalu ada baginya. Tapi sayangnya Naomi berfikir Kak Virza juga menganggap Naomi sebagai adik. Padahal itu pendapat yang salah. Kak Virza sudah mencintai Naomi. Kak Virza juga berandai-andai, suatu saat nanti dia akan menyatakan rasa cintanya yang begitu besar untuk Naomi.
Matahari mulai menampakkan dirinya. Hari ini adalah hari terakhir Naomi melangkahkan kaki naik ke puncak bukit. Sekitar kurang 1 km lagi tubuh Naomi terasa sangat lemah. Rasanya tak mampu melangkahkan kakinya lagi.
"Kak Virza dan kalian semua lebih baik sekarang naik ke atas sana. Engga usah peduliin aku. Yang jelas kalian harus mengibarkan bendera itu sesegera mungkin." Perintah Naomi dengan lembut
"Kami semua tak akan ada yang melangkah ke sana tanpa kamu. Karena kamu masih bagian tim kita. Kita akan tunggu kamu sampai kakimu sembuh" tegas Kak Virza
Mereka semua menunggu kaki Naomi untuk segera pulih. Dan keajaiban benar-benar datang. Naomi mampu melangkahkan kakinya lebih jauh lagi. Dan akhirnya mereka sampai di puncak. Saat itu hampir jam sepuluh malam. Naomi mengerek bendera itu dengan mengenakan seragam paskibraka. Disana dihadiri banyak sekali anggota paskibraka yang lain dan menyaksikan Naomi mengerek bendera kebanggaan bangsa Indonesia.
Naomi tidak menyangka, kehadirannya saat itu sangat berarti. Naomi menangis bahagia
"Makasih Kak Virza sudah membuat aku mengenalmu. Aku sangat senang dengan pertemuan kita."
"Besok kita sudah harus kembali. Kita kembali ke rumah masing-masing. Besok aku akan menemanimu untuk mencari alamat rumahmu"
Esok hari mereka menuruni puncak. Naomi merasa puas dengan usahanya untuk menjadi paskibraka. Kak Virza berhasil melacak rumah Naomi dan beristirahat sejenak. Diam-diam Naomi ke sekolah dan bertemu Sam
"Sammuel" teriak Naomi
"Naomi..........? Buat apa kamu kembali? Aku mencari keberadaanmu yang tidak meninggalkan kabar sedikitpun. Sepertinya hubungan kita memang harus berakhir sampai disini. Kita memang memiliki perbedaan yang sangat nyata. Harusnya kita memang enggak ditakdirkan untuk bersama!" Kata Sam seperti menyesali pertemuan mereka
"Kamu bisa bilang gitu karena kamu gatau apa alasan aku untuk pergi! Dan apa alasan aku untuk kembali lagi. Mungkin kalau aku jelasin apa yang terjadi sama aku kamu juga ga bakal percaya. Oke... Aku mundur, terima kasih untuk waktu singkatmu!" Jelas Naomi pasrah
Dengan pertemuan mereka, Naomi sama sekali tak menyesalinya. Mungkin fikirnya, ini memang yang seharusnya terjadi. Tepatnya dua hari setelah kejadian itu Kak Virza mengajak Naomi ke taman kota.
"Naomi aku mau jujur sama kamu. Sebenarnya aku..."
"Naomi!" Teriak Sam diikuti lari kecilnya untuk memeluk Naomi. Sam memegang pipi Naomi
"Naomi, mungkin ini yang ke seribu kali aku minta maaf sama kamu. Tapi aku harap ini yang terakhir kali aku berucap maaf padamu. Sekarang aku tau alasan kamu pergi dan alasan kamu kembali lagi. Karena kamu mau buktiin kalau kamu bisa mengibarkan bendera dan menjadi anggota paskibraka. Aku tau itu semua karena ini, dia yang memberikan ini ke aku" memberikan handycam dan menunjuk Kak Virza. Naomi mendekati Kak Virza
"Terima kasih Kak! Kamu kakak terbaik yang pernah aku punya. Dan kamu tau isi hatiku yang sebenarnya sedang mengharapkan kehadirannya"
"Sama-sama Naomi. Kamu harus jaga cintamu baik-baik. Aku pergi ya. Aku harus kembali gabung sama tim lagi"
Naomi mengucapkan salam perpisahan kepada Kak Virza diikuti hilangnya Kak Virza di hadapannya. Sam menghampiri Naomi
"Naomi, aku sayang kamu. Apa kamu juga masih sayang sama aku atas perlakuan jahatku yang menyinggung hatimu"
"Maaf Sam, aku sekarang tak sepenuhnya cinta sama kamu. Karena cintaku sekarang ada pada negeriku, INDONESIA!"
"Aku tak salah memilihmu! Takkan pernah salah. Aku yakin cintamu masih tersimpan untukku. Mungkin akan selamanya menjadi milikku" peluk Sam kepada Naomi
Cinta memang rumit. Cinta tidak harus mencintai salah satu. Seperti Naomi, dia mencintai Sam dan Indonesia. Membagi cintanya dengan sebaik mungkin. Untuk menjadi terbaik tak sesulit yang kau bayangkan sebelumnya. Sebaiknya jalani saja apapun yang ada di depanmu saat ini. Dan melangkah lebih maju. Walaupun kembalinya Naomi dengan Sam menyakiti hati Kak Virza, tapi sekarang dia sadar. Siapa yang sebenarnya telah mencintainya sejak lama
"Sakit kan Virza? Mencintai seseorang yang sama sekali tak memberi cintanya kepada kita. Tapi kamu beruntung, aku lebih sakit cinta tak pernah mempedulikan usahaku untuk menunjukkan rasa cinta yang tak terlihat ini untuk seseorang yang selama ini ku kagumi. Cinta kita sama-sama bertepuk sebelah tangan" kata Kak Mitha dengan nada dingin.

Rabu, 06 Agustus 2014

Harapan Sepucuk Surat


Selalu hidup dalam kekosongan diri. Tak ada banyak tawa menghiasi. Selalu saja duka yang mengiringi. Aku rindu sosok manisnya. Teman kecil yang menemani segala macam bentuk nilai kehidupan. Semua tampak indah sebelum dia pergi. Inilah satu alasan aku tetap menunggunya disini. ditempat ini kenangan selalu melintasi
"Bukankah ini indah? Bunga-bunga bermekaran dengan sendirinya. Menghiasi sudut-sudut lapangan lebar ini. Terkadang aku ingin selalu hidup di tempat ini. Dan jauh dari rasa sakit yang menghampiri. Aku ingin terlepas dari beban masalah yang mengikat diri. Aku ingin lepas dari jeratan yang merantai hati. Hingga saat ini aku selalu menunggu takdir yang akan terjadi padaku. Selalu menunggu hingga saat itu benar-benar datang."
" Kamu siapa? Aku tak pernah melihatmu sebelumnya?"
"Reshalina M. Caliztha. Orang yang selalu hidup dalam sandiwara kehidupan. Yang tak pernah benar dalam setiap pengakuan. Dan selalu merasa sendirian saat beribu orang mendekat. Aku ingin mencari jati diri ku yang sebenarnya dengan bantuanmu. Bisakakah permohonan kecil ini kamu...?"
"Maaf Resha aku tak pernah ada waktu untuk itu. Aku selalu sibuk dengan apapun yang terjadi padaku. Aku tak pernah ingin mengenal orang lain lebih dari mengenalnya. Karena aku menunggu dia kembali. Dia penyemangat hidupku. Yang selalu ada waktu untukku. Tapi karena kamu tau tempat indah ini. Aku akan menolongmu dengan segala kemampuanku, Resha."
Aku mengatakan hal yang semestinya tidak ku katakan. Ini jauh dari hal yang ku bayangkan. Dan aku merasa lega dengan pernyataan itu. Aku merasa aku telah mengenalnya beribu tahun lamanya. Aku selalu merasa nyaman jika harus didekatnya. Setiap saat! Setiap kami sama-sama punya waktu. Untuk terus berdua memandangi langit di sela-sela ilalang. Aku mengajaknya main ke rumah. Ku lihat di sudut sofa sudah ada Zee. Cewek tomboy yang selalu menyemangatiku saat aku kehilangan sahabat kecilku. Aku mengobrol dengannya, bercanda tawa, sampai-sampai aku tak sadar Resha ada di dekatku sejak tadi.
"Aku ingin pulang..." Katanya penuh kebimbangan.
"Tunggu. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat indah yang belum pernah kau kunjungi. Ayo ikuti aku." Aku berdiri di depannya dan menarik tangannya. Memegang jemari lembutnya. Dan kami sampai di perbatasan air dan darat, yaitu danau dengan kapal yang sudah siap sejak tadi pagi. Dia begitu senang. Memang kedengarannya indah, gemercik air bagai sumber kehidupan nyata saat ini. "Rama, apakah terlalu aneh jika ada cowok mencintaiku? Apakah terlalu aneh jika cintaku akan berbalas? Aku bimbang dengan cintaku, aku bingung dengan pilihanku. Apa aku salah pernah mencintainya. Kamu pernah bayangin gak, kalo ada cewek suka sama kamu tapi enggak berani bilang perasaannya ke kamu?"
"Kenapa kamu tanya itu? Jika memang ada cewek yang seperti itu aku akan menghargainya. Karena lebih baik dicintai daripada mencintai. Bukan kah begitu Resha? Tapi aku fikir tak pernah ada cewek yang spereti itu" jawabku santai
"Kedengarannya sangat layak pendapatmu untuk didengar. Aku tau mengapa namaku Reshalina Mentari Calizta. Ya, karena hidupku mirip mentari. Yang selalu bersinar menyinari setiap orang yang melintasinya, tapi itu menyakitkan. Beda dengan lilin yang sama sekali tak sebanding. Orang-orang lebih memilih lilin karena cahaya lilin berguna. Berguna bagi hidup mereka."
"Kenapa kamu berbicara seperti itu? Bagiku kamu sempurna, lebih dari cewek manapun yang pernah ku kenal. Kamu beda dari cewek biasanya. Kamu kuat. Kamu tegar. Dan kamu hebat! Kalau ada yang lebih pantas untuk merasaakan ketidak sempurnaan itu aku. Aku orangnya. Yang selalu bersembunyi dalam diam. Tak pernah berani mengungkapkan perasaan. Padahal dia sangat dekat denganku. Kalau dia selalu butuh aku untuk menemaninya, aku selalu siap. Karena apapun kesibukkanku aku selalu punya waktu untuknya. Aku selalu punya waktu untuk melihat tawa kecil yang menyelinap di antara bibirnya. Dia yang paling istimewa bagiku. Ayo kita naik kapal."
Gadis itu hanya mengangguk. Menginjakkan kakinya di perahu. Aku sangat menyukai saat saat seperti ini, bersama orang yang sangat aku cintai. Dia memegangku dengan sangat erat. Aku berusaha menjailinya dengan pura-pura tercebur. Agar aku bisa tau seberapa besarnya rasa carenya padaku. Dia panik, dan sontak dia ikut tercebur ke danau. Dia menggigil kedinginan. Aku membawanya ke tepi danau.
"Maaf Resha. Aku terlalu bercanda. Aku keterlaluan."
"Enggak papa kok Rama." Singkat katanya.
Hari terus berganti. Musim pun ikut merayakannya. Resha bercerita tentang hidupnya yang selalu terikat dengan peraturan ayahnya. Dia tak pernah merasa tenang dirumahnya sendiri. Aku mengajaknya, menuliskan suatu permohonan pada balon di taman ilalang. Aku menuliskan
"aku tak pernah ingin orang yang di dekatku sekarang pergi jauh meninggalkanku" dan Resha menuliskan
"Aku ingin hidupnya bebas dari beribu jeratan peraturan ayahku sendiri."
Kami melepaskannya terbang tinggi sampai balon itu benar-benar diterima Tuhan. Aku yakin Tuhan mau mengabulkan doa Resha. Aku yakin itu. Karena dia orang baik, dia akan berguna untuk negara.
"Terima kasih Rama. Ini hal terindah dalam hidupku. Semenjakku mengenalmu hidupku menjadi lebih berwarna. Tangisku menjadi sirna. Berubah menjadi kebahagiaan yang tersirat di lubuk hatiku. Aku tak ingin kebersamaan ini cepat berakhir. Aku ingin disini. Selalu bersamamu setiap saat. Bersama teman sekaligus ketua tim basket disekolah."
"Emmm... Sebagai balasan dari semua yang kulakukan untukmu. Aku ingin kamu bermain sekaligus berlatih basket untukku. Karna aku ingin tau, seberapa hebatnya dirimu. Seberapa mampu kamu akan mengalahkanku. Apa kamu sanggup?"
"Basket? Tapi..... Oke aku mau asalkan masih bersamamu. Besok sore kamu menungguku di lapangan belakang sekolah. Karena aku tau aku harus menjadi penyemangatmu dua hari kedepan. Saat perlombaan itu tiba."
Aku tersenyum. Dia teman terindah saat ini. Dia yang mampu menggantikan teman kecilku dulu. Aku merasa bangga mengenalnya. Bangga dengan pertemuan kita. Dengannya aku lebih mengerti arti persahabatan yang sebelumnya tak pernah ku rasakan dan mungkin juga cinta hadir pada kita. Entah, aku tak tau perasaannya, tapi aku tau persis perasaanku yang memendam rasa cinta begitu besar untuknya. Sore itu dia benar-benar datang. dengan senyuman yang selau bersamanya. Kami bermain bersama hingga letih menghampiri. Dia merasa sangat letih. Tak pernah ku bayangkan fisiknya benar-benar selemah itu.
"Saya mengizinkanmu berteman dengannya bukan untuk membuatnya merasa letih. Dia tak seperti yang kamu bayangkan sebelumnya. Saya ingin yang terbaik untuk Resha. Sekarang kamu pulang Resha! Kamu tidak cocok bermain dengan orang yang hanya bisa membuatmu lebih sakit!" Kata laki-laki paruh baya yang ternyata ayah Resha.
"Ayah, kamu salah menilainya. Rama baik padaku. Aku kesini karena ini memang keinginanku. Dia tak pernah memaksaku sebelumnya."
"Kenapa kamu membelanya? Aku ayahmu. Aku yang lebih tau tentang kamu Resha! Bukan dia!"
"Maaf sebelumnya, saya tak pernah memaksa anak anda. Saya justru ingin yang terbaik untuk teman saya. Anda tidak berhak menghina saya. Om, izinkan Resha untuk menemukan jati dirinya. Izinkan dia untuk menjadi seperti yang lainnya. Om tidak tau perasaannya. Resha merasa tertekan dengan perlakuan anda saat ini. Resha jauh lebih merasa nyaman berada di sini bersama saya. Saya mohon izinkan dia untuk menjadi seperti yang Resha mau."
Ayahnya sama sekali tidak memperdulikan perkataanku. Dia menarik tangan Resha dengan paksa. Aku merasa kasihan dengannya. Aku tak pernah tau raut mukanya akan sesedih itu. Seprtinya ayahnya sangat marah padaku. Resha semakin jauh. Menaiki mobil ayahnya. Menangis disamping ayahnya sendiri. Aku tak menyangka. Ayahnya begitu kejam. Sangat melarang Resha untuk mencapai impiannya. Tapi aku tetap yakin. Walaupun kejadian tadi menyiksa hatinya dia pasti akan tetap datang untuk perlombaan basket ku di hari esok. Aku mempersiapkan segala macam perlengkapan basket ku. Aku merasa bersemangat untuk besok. Dan saat perlombaan pun tiba. Masing-masing tim telah memasuki lapangan. Aku mencari Resha. Kemana dia? Mengapa tak datang di acara penting ini. Resha kumohon, kamu tau kan ini satu-satunya cara agar aku lebih banyak dikenal. Peluit pun akhirnya tergetar dan pertandingan pun dimulai. Aku merasa tak konsentrasi dan aku kalah dalam perlombaan. Semua orang menyalahkanku
"Ketua macam apa kamu? Kenapa lawan yang segampang itu saja kita kalah. Kami semua salah memilihmu untuk menjadi yang terbaik."
"Maaf Rama. Aku terlambat dan aku mengecewakanmu. Aku membuatmu dibenci teman-temanmu."
"Puas kamu! Kamu udah membuat aku berteman denganmu dan kamu meninggalkanku saat hari pentingku. Sekarang aku sadar kamu irikan sama aku? Apa saja bisa aku lakukan dengan tanganku. Sedang kan kamu hanya bisa duduk lemah tak berdaya dengan harapan yang dilarang ayahmu sendiri. Aku tau kamu ingin sepertiku. menjadi terdepan karena prestasi bermain volly ku. Tapi apa? Sekarang kamu munghancurkan harapanku. Kamu jauh lebih licik dari yang ku kira. Aku tak menyangka kamu tega melakukan itu. Sekarang kamu puas? Mereka benci padaku, kamu bisa menggantikan jabatanku sebagai ketua! "
"Maksih Rama. Tapi aku merasa sakit hati dengan semua perkataanmu. Kamu lebih baik dari aku. Jauh lebih baik. Aku tak bisa melakukan apa saja yang aku inginkan. Aku sadar itu. Tapi asal kamu tau, aku tak pernah iri denganmu. Aku ingin yang terbaik untukmu. Dan ternyata ayah benar, aku salah menilaimu. Ini yang namanya teman? Selalu mengina kelemahan temannya sendiri. Terima kasih sudah membuatku melihatmu saat ini!"
Aku pergi meninggalkannya dilapangan. Kenapa dia marah denganku? Seharusnya aku yang marah dengannya. Sekarang aku kehilangan posisiku di tim basket ku sendiri. Resha begitu tega merenggut impianku. Aku ke taman ilalang itu. Aku berteriak meluapkan amarah dan kesedihanku. Aku tak menyangka dia begitu tega dan sangat tega. Padahal selama ini aku selalu menjadi bagian dari dirinya. Selalu membantu setiap kesulitannya. Aku marah padanya tapi aku masih peduli terhadapnya. Aku merasa bersalah dengannya. Aku sadar ini sama sekali bukan kesalahannya. Mungkin saat itu dia sibuk dan ada beribu alasan ketidak datangannya. Aku menyadari sudah seminggu lebih dia tak masuk sekolah. Aku takut perkataanku terlalu melukai hatinya lebih dalam. Aku mencarinya, bertanya kepada setiap orang yang ku temui. Kata kepala sekolah Resha telah pergi. Aku mencari ke rumahnya. Dan ayahnya mengajakku ke suatu tempat. TPU? Aku melihat nama Resha tertulis di batu nisan.
"Resha telah pergi lebih dulu meninggalkan kita. Saya begitu menyesal tidak sempat mewujudkan keinginan kecilnya. Saat itu saya menemukannya tergeletak di tengah lapangan basket sendirian. Saya membawanya kerumah sakit. Saat dia sadar dia benar-benar lemah. Dia meminta kertas dan pensil untuk menuliskan surat ini untukmu. Terima kasih Rama sudah membuat Resha mengenal dunia barunya. Selama ini saya selalu menyiksanya dengan obat-obatan yang di berikan dokter. Dia merasa terekan dan tak bisa bebas. Selama ini dia sakit kangker ganas. Dan dia tau sampai kapan dia akan bertahan. Dia mencintaimu, sampai saat ini pun rasa cintanya masih tersimpan untukmu. Saya pulang dulu ya Rama. Saya rasa saya mengganggumu."
"Resha kenapa kamu pergi? Aku belum sempat berucap maaf padamu. Aku salah menilaimu selama ini. Aku bodoh, aku lebih lama mengenalmu tapi aku tak pernah tau rasa sakitmu. Justru aku membuat hari terakhirmu di dunia menjadi lebih menyakitkan. Maafkan aku. Aku tak pernah percaya denganmu." Aku membuka surat Resha dan .........

Untuk teman paling baik yang pernah ku kenal Rama
Maaf...aku mengecewakanmu di hari pentingmu. Jujur aku tak punya maksud untuk itu. Saat itu aku tiba-tiba terjatuh dan ayah membawaku ke dokter. Saat semua orang lengah aku berlari untuk melihatmu menang. Tapi yang ku temui kamu kecewa. Aku tak tau jika ketidak datanganku membuatmu kalah dalam pertandingan. Jika saja Tuhan masih memberi kesempatan untukku. Untuk memutar kejadian di hari itu. Aku pasti melihatmu tersenyum di hari terakhirku. Aku Reshalina M. Caliztha adalah teman kecilmu dulu. Yang tak pernah tinggal tetap disuatu tempat karena penyakitku. Aku mencoba mencarimu kembali ke sini dan aku menemukanmu. Semua tampak lebih indah saat kita bersama lagi. Seperti dulu. Seperti semua beban telah hilang, terlepas dari diriku. Aku mencoba hal baru denganmu. Mencoba berbagai kesempatan terakhirku. Dari surat ini, aku ingin kamu tau bahwa aku tak pernah pergi di hatimu sebagai orang yang selalu mencintaimu dalam kesunyian, dalam kesendirian, dan dalam diam. Aku selalu menemani kapanpun dan dimanapun kamu. Karena kamu cinta terakhirku. yang selalu membuatku merasa terlahir kembali sebagai sosok yang baru. Sosok yang terbebas dari obat-obat yang selalu menusuk hidungku. Aku tau ayah ingin yang terbaik untuk kesembuhanku. Tapi cara ayah salah. Maaf aku terlalu cepat meninggalkanmu. Meninggalkan kenangan kamu dan aku. Ada saatnya mata ini berhenti melihat senyumanmu. Ada saatnya telinga ini berhenti mendengar kritikan manismu. Dan ada saatnya raga ini berhenti untuk selalu memelukmu. Ingatlah aku kapanpun kamu sanggup mengingatku. Aku akan selalu menjaga janji dan hatimu. Rama, sudah saatnya aku pergi meninggalkanmu. Aku ingin kamu berjanji padaku. Apapun keadaanmu saat ini, kumohon kamu jangan pernah lagi meneteskan air mata. Kecuali air mata kebahagiaan.

"Terima kasih membuatku merasakan kehilangan untuk yang pertama kali di hari di mana Tuhan mempertemukan aku denganmu di tempat yang sudah berbeda ini. Kamu ingat 8 Agustus, hari aniv kita untuk yang pertama kali. Terima kasih atas lukisan indahmu. Ini akan selalu membuatku untuk tidak berhenti mengenangmu. Semua yang kamu lakukan untukku, akan selalu ternilai dihatiku. Maafkan aku membuatmu lebih sakit dari biasanya. Jika waktu bisa berhenti di detik itu, aku ingin memandangmu lebih lama. Jika aku tau kamu akan pergi, aku tak akan mampu menggunakan fikiranku untuk menyakitimu. Aku membuatmu menahan rasa sakitmu terlalu lama. Aku hanya bisa membalas pengorbananmu dengan kata-kata yang mengiris hatimu. Aku tak tau bagaimana caranya menjadi sahabat yang baik. Sahabat yang tidak membuat luka baru di hatimu Resha. Aku gagal! Aku gagal mencintaimu dengan sempurna. Aku tak pernah bisa menjadi yang terbaik untukmu. Mengapa aku tak bisa menyampaikan rasa cinta yang begitu besar untuknya. Mengapa? Apa cintaku hanya bisa merapuhkannya. Apa cintaku menjadi beban baginya? Tapi aku berharap, semua yang ku lakukan untukmu. Akan selalu berarti di hidupmu. Karena semua yang ku lakukan tulus, apa adanya, tanpa syarat yang mengikatnya. Aku percaya takdir, dia akan mempertemukan aku denganmu lagi, di kehidupan selanjutnya, tanpa beban rasa sakit lagi. Aku tak akan menangis lagi, seperti yang kamu minta. Aku akan menjadi lebih dewasa. Menjadi lebih ternilai, walaupun itu tanpamu. Aku berjanji akan selalu tersenyum menyapa hariku. Karena aku tau, kamu selalu disampingku, setiap saat. Tanpa aku harus mencarimu lagi. Aku akan seperti orang bodoh kalau aku mencari seseorang yang setiap saat ada di dekatku. Aku sangat mengharapkan kamu datang di mimpiku. Dengan senyum lepas seperti dulu. Menampakkan kelingking, kemudian berucap salam persahabatan. Terkadang aku tersenyum sendiri jika mengingatmu. Karena wajahmu membuatku ingin memandangmu lebih lama. Tuhan, sampaikan salamku untuk bidadari yang sudah ada di dekatmu saat ini. Dekaplah dia, buat dia merasa hangatnya pelukanmu. Jangan biarkan dia meneteskan air matanya lagi untukku. Terima kasih tuhan, telah mempertemukan aku dengannya kembali, walaupun akhirnya dia pergi lagi. Pergi untuk yang terakhir kali dan sulit ku temui. Tapi, aku bangga dengan semua itu. Aku bangga pertemuan aku dengan Resha. Aku bangga mengenalnya. Aku bangga merasakan semua hariku bersamanya. Aku yakin tuhan akan mengirimkannya lagi. Sebagai sosok yang baru, nama yang baru, tapi jiwanya tetap Resha! Tetap Resha! Hanya Resha! Yang terbaik untuk hidupku!